Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Segera Lakukan Pencegahan Kanker Serviks sebelum Muncul Gejala

Reporter

image-gnews
Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com
Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan Tofan Widya Utami meminta perempuan sesegera mungkin melakukan upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks dan jangan menunggu hingga gejala atau tanda muncul.

“Jangan menunggu gejala. Kita harus waspada bahwa ini bisa saja sudah terjadi kanker serviks tapi belum ada gejala apapun,” kata dokter dari Rumah Sakit Universitas Indonesia itu.

Tofan mengatakan kemunculan gejala biasanya menandakan kanker serviks sudah berkembang menjadi stadium lanjut. Berdasarkan pengalamannya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Tofan mengatakan banyak ditemukan pasien kanker serviks tanpa gejala yang rupanya telah stadium lanjut atau sekitar 77,9 persen kasus.

“Itu ironis sekali. Kenapa? Karena sebetulnya ini sangat bisa dicegah dan disembuhkan dalam fase prakanker,” ujarnya.

Ia menjelaskan kanker serviks tidak terjadi secara tiba-tiba. Infeksi virus human papillomavirus (HPV) penyebab kanker serviks dapat berkembang hingga menjadi suatu lesi atau gejala membutuhkan waktu tahunan. Virus tersebut pada dasarnya dapat ditemukan di mana-mana. 

HPV jadi berbahaya dan berubah menjadi penyakit apabila terjadi persistensi atau hidup berkepanjangan di serviks atau leher rahim atau sekitarnya.Tofan menyebutkan setiap perempuan yang sudah aktif secara seksual memiliki risiko terinfeksi HPV sepanjang hidupnya sebesar 50-80 persen. Apabila persistensi tidak terjadi, kemudian individu tetap menjaga imunitas dan menjalankan gaya hidup seimbang, maka akan terjadi pembersihan dengan sendirinya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada tiga langkah intervensi yang dapat dilakukan, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tofan mengatakan di masa saat ini yang terpenting yaitu pencegahan primer dan sekunder, mengingat tersier berarti dapat dikatakan terlambat,  sudah dalam tahap pengobatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pentingnya edukasi
Adapun pencegahan primer dapat berupa vaksinasi HPV dan promosi kesehatan melalui edukasi. Vaksinasi yang paling baik sebenarnya pada perempuan yang belum terpapar HPV atau belum pernah melakukan hubungan seksual. Meski demikian, Indonesia masih mendorong untuk dilakukan vaksinasi HPV pada wanita antara 10-55 tahun.

Sementara pencegahan sekunder yaitu deteksi dini yang terdiri dari skrining dan diagnosis. Tofan mengatakan skrining merupakan komponen deteksi dini dengan melakukan penapisan pada semua perempuan yang belum memiliki gejala sama sekali. Deteksi dini memiliki banyak modalitas atau metode yang bisa dilakukan perempuan, di antaranya pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) yang sudah dicanangkan sebagai program nasional sejak 2007. Selain itu ada pula papsmear dan tes DNA-HPV.

“Setiap perempuan yang sudah atau pernah melakukan hubungan seksual minimal tiga tahun sejak awal melakukan hubungan seksual itu periksa, minimal sekali. Mau IVA, papsmear, atau yang sangat akurat pemeriksaan virusnya (DNA-HPV),” katanya.

Ia mengatakan pemeriksaan dengan metode IVA dan papsmear yang normal boleh dilakukan dengan pengulangan antara 1-3 tahun sementara tes DNA-HPV bisa diulang 3-5 tahun. Tofan juga menegaskan ketika individu telah melakukan vaksinasi, bukan berarti sudah tidak memerlukan pemeriksaan IVA, papsmear, maupun DNA-HPV.

“Jangan berpikir, ‘Ah, saya sudah vaksin, berarti sudah tidak perlu lagi IVA, papsmear, dan tes DNA-HPV. Itu salah. Pencegahan primer dan sekunder itu harus menjadi satu kesatuan,” tegasnya.

Baca juga: Pentingnya Vaksinasi HPV bagi Siswi Sekolah Dasar

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

3 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

4 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

4 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

7 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

9 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

10 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.


Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

12 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?


OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

12 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

OJ Simpson meninggal pada usia 76 tahun. Ia sempat menjadi sorotan publik dikaitkan dengan kematian mantan istrinya, Nicole Brown Simpson.


O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

15 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

Bintang NFL sekaligus aktor, O.J. Simpson meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam usia 76 tahun.


Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

16 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.