TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) sebagai salah satu organisasi profesi yang dekat dengan layanan penanganan kanker diminta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin untuk membantu pemerintah dalam penyediaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Menkes berupaya mempercepat pemenuhan tenaga kesehatan yang bermutu dan berkualitas di seluruh fasyankes di Indonesia melalui beberapa program khusus seperti pengiriman dokter spesialis adaptan luar negeri, penugasan khusus, dan program pengampuan untuk menekan angka kematian akibat kanker.
Ketua Umum POI, Cosphiadi Irawan, mengatakan sekitar 10 juta penduduk dunia meninggal akibat kanker pada 2020. Dari tahun ke tahun, jumlah ini dilaporkan terus meningkat. Pada 2023 diperkirakan ada sekitar 13 juta kematian akibat penyakit mematikan itu.
Cosphiadi menambahkan tingginya angka kematian kanker tersebut disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, merokok, dan minum alkohol. Kebiasaan buruk tersebut diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini.
Terlambat terdeteksi
Pada stadium awal, kanker tidak menunjukkan gejala sehingga seringkali tidak disadari oleh penderita. Akibatnya, banyak kasus kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut.
“Kebiasaan ini menyumbang hingga 30 persen kasus. Karena itu, deteksi dini sangat penting untuk pencegahan,” jelasnya.
Ia pun berharap upaya pemerintah untuk memperkuat deteksi dini kanker dapat menekan jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker. “Di puskesmas nantinya akan ada 10.000 USG yang akan digunakan untuk deteksi dini kanker payudara sehingga delay of diagnosis harapannya bisa dikurangi,” tegasnya.
Pilihan Editor: Perlunya Skrining Kanker Berkala Menurut Menkes