TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya mempengaruhi kesehatan fisik secara umum, diabetes juga bisa mempengaruhi masalah seksual. Spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes dari Universitas Udayana, Made Ratna Saraswati, mengatakan diabetes dapat menyebabkan disfungsi seksual pada wanita yang dibuktikan dengan rendahnya indeks fungsi seksual mereka.
"Studi yang saya buat pada perempuan-perempuan dengan diabetes menunjukkan ternyata indeks fungsi seksualnya rendah," kata Ratna dalam diskusi kesehatan yang digelar Diabetes Initiative Indonesia di Jakarta, Minggu, 4 Juni 2023.
Menurut American Psychiatric Association dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), disfungsi seksual wanita di antaranya meliputi hilang minat atau gairah seksual, gangguan orgasme, dan/atau nyeri saat penetrasi.
"Disebut disfungsi adalah kalau sifatnya persisten, berlanjut terus, menyebabkan stres dan kecemasan, dan berdampak negatif pada satu hubungan," tambah Ratna.
Dari penelitian disfungsi seksual yang dilakukan pada wanita diabetes di 2008, Ratna mengatakan domain gairah memiliki skor terendah yakni 35,5 persen. Domain lain juga memiliki skor rendah di bawah 50, yaitu hasrat 41,83 persen, lubrikasi 42 persen, orgasme 39,5 persen, dan nyeri 48,5 persen.
Kurang perhatian
Untuk menilai disfungsi seksual pada wanita, Ratna mengatakan hal tersebut tidak mudah sebab tidak ada instrumen diagnostik yang praktis yang dapat menilai secara empiris. Meski demikian, ada dua cara untuk menilai disfungsi seksual pada wanita, dengan pemeriksaan obyektif dan subyektif.
Pemeriksaan obyektif di antaranya termografi atau mengukur suhu, mengukur sirkulasi dan pelebaran pembuluh darah, hingga mengukur pH vagina. Sedangkan pemeriksaan subyektif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Sementara itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk menilai bagaimana diabetes dapat menyebabkan disfungsi seksual pada wanita.
Ratna tak memungkiri disfungsi seksual pada wanita memang belum mendapatkan perhatian di dunia medis seperti pada laki-laki. Selain jarang dikeluhkan dan sulit dinilai, penelitiannya pun masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan disfungsi seksual pada laki-laki.
"Ini jarang dikeluhkan pasien karena faktor budaya, rasa malu, apalagi kalau dokternya laki-laki. Kemudian, ketika sudah diomongi, sulit dinilai, pilihan terapi juga sedikit, dan penelitiannya juga masih sedikit," jelasnya.
Pilihan Editor: Diabetes Berefek ke Disfungsi Seksual, Sejauh Mana Dampak Negatifnya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.