Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merasa Rendah Diri dan Selalu Payah, Apa Itu Inferiority Complex?

image-gnews
ilustrasi stres (pixabay.com)
ilustrasi stres (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Inferiority complex kondisi perasaan tidak mampu atau rendah diri, nyata atau imajiner. Mengutip Verywell Mind, kondisi itu akibat situasi ketika seseorang merasa kurang unggul daripada kawan-kawan sekitarnya. Orang dengan inferiority complex menganggap dirinya payah segalanya.

Orang dengan inferiority complex rentan memencilkan diri dari pergaulan. Jika gejala ini dibiarkan bisa mempengaruhi interaksi atau hubungan sosial.

Hal yang mempengaruhi inferiority complex

1. Pengalaman masa kecil 

Anak-anak rentan tumbuh dalam perasaan lemah dan tidak mampu. Hal itu diperburuk jika orang tua tidak bisa membantu kepribadian anaknya tumbuh sebagai orang yang mampu berdaya. Pemicu lainnya ketika  anak-anak tumbuh di lingkungan yang berulang kali membuat nilai dirinya mengembangkan sikap malu-malu dan khawatir berlebihan terhadap kemampuan diri.

2. Perisakan fisik

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terkadang berat badan, bentuk wajah, atau ciri-ciri tubuh lainnya menjadi faktor yang membuat orang minder di lingkungan pergaulan. Tapi, kondisi itu dipengaruhi dari orang-orang di sekitarnya yang membicarakan tentang tubuh. Kondisi itu bisa mempengaruhi secara ekstrem menilai diri seperti merasa banyak kekurangan. Perisakan fisik salah satu kondisi yang rentan berakibat inferiority complex.

3. Tantangan ekonomi dan sosial

Kesulitan finansial seperti mengorbankan kebutuhan penting untuk membayar masalah yang mendesak, salah satu contohnya. Jika terus-menerus seperti itu rentan berakibat inferiority complex.

Misalnya, finansial yang terlalu sulit menyebabkan harus selalu menghubungi orang lain untuk meminta bantuan. Kondisi itu bisa berdampak negatif mempengaruhi harga diri.

Mengutip WebMD, pria tergolong rentan inferiority complex. Itu akibat dari tekanan budaya maskulin kaum pria atau toxic masculinity. Fenomena sosial itu membuat pria merasa harus terus menekan respons emosional normal dan menjadi lebih unggul secara fisik, mental, dan finansial. Pria cenderung merasa rendah diri dan payah dalam menjalin hubungan, khususnya ketika dibandingkan dengan pasangan masa lalu kekasihnya.

Orang dengan inferiority complex berisiko mengalami masalah kesehatan mental lainnya seperti depresi dan kecemasan.

Pilihan Editor: Kesalahan Orang Tua yang Bikin Anak Rendah Diri

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Psikiater Ungkap Perlunya Perubahan Narasi Seputar Bunuh Diri untuk Pencegahan

3 hari lalu

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock
Psikiater Ungkap Perlunya Perubahan Narasi Seputar Bunuh Diri untuk Pencegahan

Narasi seputar bunuh diri perlu diubah untuk memahami dan mencarikan solusi bagi yang berniat bunuh diri, kata psikiater.


Psikolog Sebut Gangguan Mental di Jakarta Dipicu Biaya Hidup dan Trauma

10 hari lalu

Ilustrasi pasangan merencanakan keuangan. Freepik.com/tirachardz
Psikolog Sebut Gangguan Mental di Jakarta Dipicu Biaya Hidup dan Trauma

Banyak masalah yang jadi penyebab gangguan mental paling banyak dialami di Jakarta, seperti kemacetan, biaya hidup, dan trauma pengasuhan.


Tak Selalu Negatif, Psikolog Ungkap Dampak Positif Kecemasan dan Cara Menghadapinya

12 hari lalu

Ilustrasi wanita bekerja dalam kondisi cemas. Foto: Unsplash.com/Icons8 Team
Tak Selalu Negatif, Psikolog Ungkap Dampak Positif Kecemasan dan Cara Menghadapinya

Kecemasan bukan penyakit tapi emosi normal yang dialami semua orang dan kita bisa menggunakannya untuk hal-hal positif.


PHK Semakin Masif, Ini Bahayanya Jika Pengangguran Semakin Meningkat

12 hari lalu

Ilustrasi PHK. Shutterstock
PHK Semakin Masif, Ini Bahayanya Jika Pengangguran Semakin Meningkat

Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di Indonesia membuat pengangguran semakin meningkat. Jika dibiarkan, ini bahayanya.


Makin Marak Pinjol Ilegal, Pakar Manajemen UGM Desak OJK Perketat Pengawasan

16 hari lalu

Pesan penawaran pinjaman online yang ada di gawai saat rilis kasus di kantor Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, 15 Oktober 2021. ANTARA/Sigid Kurniawan
Makin Marak Pinjol Ilegal, Pakar Manajemen UGM Desak OJK Perketat Pengawasan

Pinjol ilegal kian marak. Sepanjang 2023, lebih dari 1.600 pinjol ilegal yang dihentikan oleh Satgas PASTI dan OJK. Ini respons pakar manajemen UGM.


Tips Kurangi Risiko Depresi di Masa Tua dengan Makan Buah

18 hari lalu

Ilustrasi makan buah-buahan. Shutterstock
Tips Kurangi Risiko Depresi di Masa Tua dengan Makan Buah

Studi peneliti Singapura temukan makan buah-buahan dapat mengurangi depresi di masa tua.


Bisa Sebabkan Sakit Jantung bila Dibiarkan, Ini Pemicu Hipokondria

23 hari lalu

Ilustrasi pria sakit. Nbc.news.com
Bisa Sebabkan Sakit Jantung bila Dibiarkan, Ini Pemicu Hipokondria

Riset menunjukkan kecemasan kronis terkait hipokondria bisa meningkatkan risiko kondisi seperti penyakit jantung sehingga menjadi masalah yang serius.


Main Game, Cara Lepas Stres yang Ampuh Ala Denny Sumargo

24 hari lalu

Denny Sumargo pada peluncuran TCL X955 Max dengan ukuran 115 inci 20 Agustus 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Main Game, Cara Lepas Stres yang Ampuh Ala Denny Sumargo

Aktor Denny Sumargo mengatakan salah satu cara melepas stres yang dia lakukan adalah dengan main game.


7 Dampak Buruk KDRT terhadap Kesehatan Mental

24 hari lalu

Ilustrasi KDRT/kekerasan domestik. Shutterstock
7 Dampak Buruk KDRT terhadap Kesehatan Mental

Masyarakat harus lebih sadar akan dampak jangka panjang dari KDRT dan berperan aktif dalam mendukung pemulihan korban serta mencegah terulangnya kekerasan di masa depan.


Perfeksionis Ingin Segala Sesuatu Berjalan Sempurna, Berikut Dampak Negatifnya

26 hari lalu

Ilustrasi bos sedang berkomunikasi dengan anggota timnya di tempat kerja. Foto: Unsplash.com/Amy Hirschi
Perfeksionis Ingin Segala Sesuatu Berjalan Sempurna, Berikut Dampak Negatifnya

Meskipun dapat memotivasi, sikap perfeksionis yang tidak terkendali juga berdampak buruk terhadap kesehatan psikologis dan hubungan sosial.