TEMPO.CO, Jakarta - Memohon maaf tindakan manusiawi untuk mengakui kesalahan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Tapi, suka menyampaikan maaf secara berlebihan salah satu tanda kondisi sindrom atau sorry syndrome.
Sindrom maaf ini perilaku terus-menerus meskipun sebenarnya tidak bersalah. Mengutip Psychology Today, orang yang sorry syndrome sering meminta maaf kepada orang yang sama berulang kali selama berinteraksi. Kondisi itu bahkan secara otomatis mengucapkan kata maaf tanpa sadar, termasuk terhadap benda mati.
Penyebab Sorry Syndrome
1. Merasa tak aman
Mengutip Subconscious Servant dan The News International, rasa tidak aman sering menjadi penyebab munculnya sorry syndrome. Ketika seseorang merasa kurang percaya diri di tempat kerja atau merasa aneh di lingkungan teman-teman, ia merasa perlu terus-menerus meminta maaf.
2. Harga diri rendah
Kurangnya harga diri mempengaruhi kemungkinan orang mengalami sindrom maaf ini Hal itu tersebab orang tersebut merasa sebagai penghalang atau beban bagi orang lain. Ia merasa perlu sering meminta maaf.
3. Mencari penerimaan
Permintaan maaf yang berlebihan digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan sosial. Tapi, hal ini bisa memiliki konsekuensi negatif.
4. Kecemasan
Sorry Syndrome juga bisa terkait dengan kecemasan. Dorongan berlebihan untuk meminta maaf menjadi mekanisme mengatasi perasaan cemas. Itu terutama saat berada dalam situasi sosial. Meskipun meminta maaf bisa memberikan kelegaan, terus-menerus meminta maaf akan meningkatkan kecemasan.
5. Keinginan untuk disukai
Permohonan maaf berlebihan berdampak negatif terhadap diri dan hubungan dengan orang lain. Untuk mengatasi sorry syndrome, penting membangun rasa percaya diri dan harga diri yang kuat. Ketika merasa perlu meminta maaf, dipertimbangkan itu tersebab kecemasan atau keinginan untuk disukai.
Pilihan Editor: Mengenal Sindrom Alagille, Kondisi Menumpuknya Empedu di Hati