TEMPO.CO, Jakarta - Alergi dapat terjadi kepada manusia ketika sistem kekebalan merespons adanya zat asing atau alergen yang melakukan kontak dengan tubuh. Biasanya, alergen tersebut tidak berbahaya bagi tubuh. Pemicu alergen pun dapat bermacam-macam, seperti serbuk sari, debu, jamur, makanan, ataupun hewan peliharaan.
Alergi adalah salah satu penyakit yang dapat diderita oleh semua orang, baik pria atau wanita dengan segala usia. Salah satu usia yang sering mengalami alergi adalah bayi. Alergi yang dialami bayi biasanya berupa alergi kulit. Namun, dilansir dari Healthline, penyakit ini dapat berkurang seiring bertambah usia anak. Selain itu, alergi pernapasan dan makanan juga dapat dialami ketika bayi telah bertambah usia.
3 Macam Alergi Kulit yang Sering Dialami Oleh Bayi
1. Eksim
Eksim adalah salah satu alergi yang sering terjadi pada bayi dan tidak dapat menular ke orang lain. Eksim dapat terjadi akibat lapisan terluar kulitnya lemah dan tidak berfungsi. Kulit bayi akan mengalami gatal-gatal, kering, dan bergelombang yang menyertakan bercak. Biasanya, alergi ini dapat terjadi di area wajah bayi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi mengalami eksim. Pertama, terjadi perubahan pada DNA bayi ketika proses pembuahan di dalam rahim. Kedua, bayi memiliki iritasi terhadap makanan, sabun, atau kain tertentu. Ketiga, sistem kekebalan bayi bereaksi terhadap virus atau bakteri yang dapat membuatnya sakit.
Ketika bayi sudah terlanjur mengalami eksim, terdapat 3 hal pertama yang dapat digunakan untuk mengobatinya. Pertama, menghindari pemicu alergi tersebut muncul. Kedua, menggunakan kortikosteroid. Ketiga, memberikan pelembab yang tidak mengandung pewangi pada area yang terkena alergi.
2. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah iritasi pada bayi yang terjadi akibat reaksi fisiologis setelah kulit bersentuhan dengan zat tertentu ataupun alergen. Alergen yang memicu penyakit ini, yaitu obat, lotion bayi, parfum, sabun, ataupun air liur Setiap bayi akan memiliki gejala yang berbeda pada kulitnya, seperti melepuh, berdarah, gatal, kering, ataupun berdarah. Bayi yang mengalami dermatitis kontak sebaiknya dibawa ke dokter kulit untuk menjalani beberapa tes kulit dan tes darah.
Beberapa perawatan yang dapat dilakukan pada bayi penderita dermatitis kontak, yaitu pertama, mencuci kulit bayi dengan sabun dan air setelah berkontak dengan pemicu alergen. Kedua, gunakan kain basah untuk melakukan kompres pada kulit. Ketiga, mengoleskan krim kortikosteroid untuk mengurangi rasa gatal.
3. Biduran
Biduran adalah benjolan yang tiba-tiba muncul di sekitar dada, punggung, atau perut. Dikutip dari Clevelandclinic.org, penyakit ini seringkali disebabkan oleh debu, makanan, atau bahan kimia. Namun, biduran memiliki beberapa gejala, seperti pembengkakan dan iritasi kulit hingga kemerahan. Reaksi alergi ini juga bermacam-macam, seperti demam tinggi, muntah, pusing, dan kesulitan bernapas.
Perawatan untuk penyakit biduran ini tergantung pada jenis gatal-gatal, gejala, dan keparahan biduran yang dialami bayi. Beberapa obat yang direkomendasikan oleh layanan kesehatan, yaitu tablet loratadin, cetirizine cair atau tablet, cairan diphenhydramine, dan fexofenadine tablet.
Pilihan Editor: Mengenal Alergi Muladi dari Tanda hingga Pencegahannya