TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis gizi klinis Astrine Permata Leoni, mengatakan orang yang menjalani diet vegetarian dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular karena tidak mengonsumsi protein hewani yang mengandung lemak.
“Dengan adanya vegetarian ini karena tidak mengonsumsi protein hewani lemaknya otomatis turun, konsumsi sayuran yang banyak diharapkan kebutuhan seratnya jadi bisa terpenuhi,” ucap dokter di Instalasi Pelayanan Gizi RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta itu, Senin, 2 Oktober 2023.
Selain menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung, vegetarian bisa menjadi salah satu diet dalam keseharian dengan manfaat menurunkan indeks massa tubuh dan membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Ada beberapa faktor bagi orang dengan diet vegetarian, antara lain dorongan dari diri sendiri dan menganut kepercayaan yang mengharuskan tidak mengonsumsi protein hewani.
Secara umum, Astrine menyebutkan ada beberapa jenis vegetarian, seperti lakto vegetarian, yaitu tidak mengonsumsi makanan yang mengandung daging, ikan, unggas, dan telur tetapi masih mengonsumsi makanan produk olahan susu seperti keju, yogurt, mentega, dan susu. Ada juga ovo vegetarian, yaitu tidak mengonsumsi daging, ikan, unggas, dan produk olahan susu tapi masih bisa makan telur.
Selain itu ada lakto ovo vegetarian, tidak makan semua jenis daging tapi mengonsumsi telur dan susu. Sementara itu, orang yang menjadi vegan murni tidak mengonsumsi daging, ikan, unggas, telur maupun susu, serta produk olahan susu.
“Ada semivegetarian dan fleksitarian yang masih sesekali mengonsumsi ikan, unggas, dan produk olahan susu namun dalam jumlah yang sedikit,” tambah Astrine.
Tak dianjurkan untuk lansia
Ia mengatakan dalam menjalani diet vegetarian angka kecukupan gizi protein hewani bisa digantikan kandungan protein nabati. Tetapi, ada zat-zat gizi tertentu yang tidak bisa digantikan protein nabati, seperti zat besi, yang paling tinggi ada di protein hewani seperti daging. Meskipun zat besi bisa didapat dari protein nabati seperti bayam, brokoli, tetapi nilai ketersediaan yang terkandung di dalamnya lebih rendah dari protein hewani sehingga bisa menyebabkan kekurangan zat besi.
“Dampaknya bisa terjadi kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi. Kemudian kalau jangka panjangnya bisa mengalami kekurangan darah atau anemia,” kata lulusan Universitas Diponegoro itu.
Selain itu, orang yang berdiet vegetarian murni bisa saja mengalami kekurangan kalsium dan vitamin D karena tidak mengonsumsi produk susu. Terlebih bagi yang tinggal di daerah dengan sinar matahari yang lebih sedikit. Astrine menyarankan bagi yang ingin mencoba diet vegetarian, mereka bisa berkonsultasi terlebih dulu dengan tenaga kesehatan untuk mencari tahu apakah ada penyakit penyerta yang dapat berpengaruh jika menjalani diet itu.
Jika ingin menerapkan diet vegetarian, orang bisa mulai menjadi lakto ovo vegetarian karena masih bisa mengonsumsi protein hewani seperti telur dan susu sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein atau zat besi. Selama menjalani diet vegetarian, Astrine juga menyarankan untuk terus melakukan aktivitas fisik, mencukupi konsumsi air mineral dan menghindari kebiasaan merokok.
Bagi lansia, diharapkan tidak menjalani diet vegetarian jika tidak ada keharusan dan tetap memenuhi nutrisi dengan gizi seimbang. Lansia tidak dianjurkan menjadi vegetarian karena berisiko mengalami berkurangnya masa otot dan butuh asupan protein hewani yang lebih banyak.
“Sekiranya kepercayaannya tidak mengharuskan vegetarian, bisa mengonsumsi atau menggunakan pola makan gizi seimbang, tercukupi makanan pokok, yaitu protein hewani, protein nabati, sayur, buah, dan juga air dan makanan beragam," papar Astrine.
Dia juga meminta lansia yang ingin mencoba diet vegetarian untuk berkonsultasi ke dokter untuk melihat apakah memiliki penyakit penyerta.
Pilihan Editor: Potensi Kekurangan Vitamin pada Pelaku Diet Vegetarian