TEMPO.CO, Jakarta - Stroke bisa terjadi kapan saja tanpa ada gejala awal. Spesialis saraf di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Rakhmad Hidayat, mengatakan kebiasaan begadang dan tidak pernah olahraga merupakan gaya hidup yang bisa meningkatkan faktor risiko stroke di usia muda.
“Tren sekarang banyak di usia muda 30-an karena kebiasaan begadang, kerja (sampai) enggak tidur, olahraga kadang enggak sama sekali,” ucap Rakhmad dalam diskusi daring tentang gejala stroke, Senin, 30 Oktober 2023.
Faktor risiko stroke seperti gaya hidup sebenarnya bisa dicegah. Namun, sering kali faktor tersebut yang menyebabkan terjadi stroke pada usia muda. Gaya hidup yang dimaksud antara lain kurang olahraga, makan tidak teratur, darah tinggi, dan gula darah tinggi.
Rakhmad mengatakan usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko yang tidak bisa dihindari. Pada laki-laki, stroke banyak dialami pada usia di atas 45 tahun sedangkan wanita di atas 55 tahun. Meskipun tidak bisa diubah, faktor risiko tersebut bisa diperbaiki sehingga kemungkinan terserang stroke menurun dan orang bisa hidup sehat seperti yag lain.
“Kalau sudah diperbaiki maka kemungkinannya akan kecil sehingga dia hidup seperti orang biasa, sehat, badan kurus, hipertensi tidak ada, diabetes tidak ada, itu target kita,” papar Rakhmad.
Dua penyebab stroke
Dokter yang menyelesaikan program spesialis di Universitas Indonesia itu mengatakan penyebab stroke ada dua, yaitu sumbatan dari plak kolesterol yang menghambat pembuluh darah ke otak, tulang belakang, dan mata, serta pecah pembuluh darah akibat terkikisnya pembuluh darah yang lemah.
Merokok dan obesitas merupakan faktor risiko yang menyumbang peran utama dalam setiap penyakit, termasuk stroke. Orang dikategorikan obesitas jika memiliki lingkar perut lebih dari 102 cm untuk pria dan 92 cm untuk wanita. Faktor risiko juga termasuk genetik yang diperburuk gaya hidup tidak sehat. Penyembuhan stroke, harus dilakukan dalam batas waktu 4,5–6 jam saat serangan terjadi dan pasien harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk diberikan obat pengencer pembekuan darah.
“Berlakunya enam jam, lebih dari itu perbaikannya tidak terlalu bagus,” ujar Rakhmad.
Ia menjelaskan pasien stroke perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk menghindari kecacatan dan kematian. Jika pengobatan tahap pertama berhasil, dokter akan menyarankan pasien untuk memperbaiki faktor risiko seperti gaya hidup dan melakukan fisioterapi untuk menghindari kecacatan dan agar tubuh berfungsi dengan normal. Pasien stroke juga diharapkan memperhatikan kesehatan dan mengubah gaya hidup agar tidak terjadi stroke kedua kali yang biasanya lebih berbahaya dari yang pertama.
Pilihan Editor: Antisipasi Stroke, Dokter Sarankan SeGeRa dan CERDIK