Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Khawatir, Wolbachia Tak Berpotensi Timbulkan Penyakit Baru

Reporter

image-gnews
Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP
Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyatakan penggunaan bakteri Wolbachia dalam upaya pengendalian penularan demam berdarah dengue tidak berpotensi menimbulkan penyakit baru.

"Wolbachia tidak menimbulkan penyakit baru yang berbahaya bagi kesehatan, sudah ada penelitian dan kajian risiko," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadi Tarmizi, Jumat, 17 November 2023.

Menurut penelitian Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Wolbachia merupakan bakteri alami yang ada pada serangga seperti kupu-kupu, lalat buah, dan lebah. Ia mengatakan bakteri Wolbachia pipientis ditemukan pada 44,9 persen serangga seperti kupu-kupu, ngengat, nyamuk, dan lalat dalam penelitian yang dilakukan di lima dusun yang mencakup area permukiman dan agrikultur di Kabupaten Sleman dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2012.

Menurut Nadia, hasil penelitian juga menunjukkan bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain dan tidak menyebabkan mereka sakit. "Wolbachia merupakan endosimbion obligat yang hanya bisa hidup di dalam sel organisme hidup lain," jelasnya.

Replikasi virus dengue
Ia menjelaskan Wolbachia berdasarkan hasil penelitian dapat menurunkan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk sebagai vektor virus dengue.

"Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri. Dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi maka virus tidak dapat berkembang biak," paparnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nadia menjelaskan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia dilepaskan untuk mengendalikan penularan virus dengue. Jika nyamuk Aedes aegypti jantan dengan Wolbachia kawin dengan nyamuk betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir. Apabila nyamuk betina dengan Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak memiliki bakteri itu maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia.

"Metode pertama pelepasan bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti dengan melepas nyamuk ber-Wolbachia jantan saja dalam kurun waktu tertentu sehingga telur-telur yang dihasilkan tidak menetas dan memberikan dampak berupa penurunan populasi," kata Nadia.

Metode pelepasan kedua yang ditujukan untuk menyebarkan Wolbachia dalam populasi nyamuk Aedes aegypti untuk menekan penularan virus dengue dilakukan dengan melepas nyamuk jantan dan betina dengan Wolbachia dalam waktu sekitar enam bulan agar mayoritas nyamuk dalam populasi memiliki Wolbachia. Kemenkes telah menebar jentik nyamuk dengan bakteri Wolbachia di lima kota endemis dengue di Indonesia sejak awal 2023.

Penyebaran jentik nyamuk berbakteri Wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di Kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.

Pilihan Editor: Alasan Muncul Petisi Tolak Pelepasan Jutaan Nyamuk di Bali

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

2 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

3 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Pavel Danilyuk
Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.


10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

6 hari lalu

Ikan buntal. telegraph.co.uk
10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

Berikut deretan hewan paling berbahaya di dunia yang bisa membunuh manusia dalam hitungan detik. Ada lalat tsetse hingga tawon laut.


Waspada DBD, Demam Berdarah Baik Drastis di Sulsel 1.620 Warga Terjangkit dan 9 Orang Meninggal

7 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Waspada DBD, Demam Berdarah Baik Drastis di Sulsel 1.620 Warga Terjangkit dan 9 Orang Meninggal

Waspada DBD di beberapa daerah. Di Sulawesi Selatan kasus demam berdarah naik drastis, 1.620 warga terjangkit dan 9 orang meninggal.


Kemenkes Wanti-wanti Penyakit HFMD dan Demam Berdarah di Libur Lebaran 2024

15 hari lalu

Sejumlah perawat dengan menggunakan masker melakukan pemeriksaan terhadap LSY (5 tahun) warga negara Singapura suspect flu babi (H1N1) di ruang isolasi RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selasa (21/7). ANTARA/Yusnadi Nazar
Kemenkes Wanti-wanti Penyakit HFMD dan Demam Berdarah di Libur Lebaran 2024

Penyakit hand, foot, and mouth disease (HFMD) tidak turut libur. Kemenkes ingatkan bahayanya termasuk demam berdarah atau DBD.


Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

26 hari lalu

Petugas fogging melakukan pengasapan di RW 05, Sunter Agung, Jakarta Utara, Selasa, 8 Agustus 2023. Kegiatan fogging ini sebagai upaya untuk mencegah meluasnya demam berdarah dengue (DBD) di daerah tersebut. Sebelumnya, salah seorang warga di RW 05 terkena DBD. Masyarakat diminta untuk mewaspadai akan ancaman DBD saat musim kemarau dengan tetap menjaga kebersihan dilingkungan tempat tinggal. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

Kasus DBD di Indonesia meningkat hingga Maret 2024, kasus mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa. Perhatikan tips antisipasi dari demam berdarah.


Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

26 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.


Kasus DBD Naik 3 Kali Lipat, Ini Kata Kemenkes

27 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Pavel Danilyuk
Kasus DBD Naik 3 Kali Lipat, Ini Kata Kemenkes

Kasus DBD di Indonesia hingga Maret 2024 naik hampir tiga kali lipat dari jumlah pada periode yang sama 2023. Ini langkah yang dilakukan Kemenkes.


Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

28 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.


Bukan Pengobatan tapi Jus Jambu Biji Bisa Bantu Pulihkan DBD

29 hari lalu

Ilustrasi jambu biji. Unsplash.com/Gregory Culmer
Bukan Pengobatan tapi Jus Jambu Biji Bisa Bantu Pulihkan DBD

Praktisi kesehatan menyebut minum jus jambu biji dapat membantu memulihkan DBD tapi bukan pengobatan utama.