Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Deretan 6 Miskonsepsi Tentang Terapi Mental

image-gnews
Ilustrasi pria konsultasi dengan Psikolog. shutterstock.com
Ilustrasi pria konsultasi dengan Psikolog. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Terapi mental merupakan tindakan perawatan dengan profesional terkait untuk menangani berbagai masalah kejiwaan. Ini dilakukan untuk lebih memahami pemikiran dan perilaku, termasuk soal gejala masalah mental, cara mengurangi gejala, serta mengubah perilaku untuk meningkatkan kualitas hidup.

“Ini adalah pendekatan kolaboratif antara pasien dan terapis, dengan pasien sebagai expert dalam kehidupan, pikiran dan perasaannya sendiri, dan terapis sebagai expert dalam teori dan intervensi psikologis. Ini adalah ruang aman untuk berbagi dan mengeksplorasi pemikiran dan perasaan Anda tanpa menghakimi, dan membantu pasien mematahkan pola sulit dalam hidup dan membuat perubahan positif yang diinginkan,” kata Nicole Wong, psikolog senior di Departemen Kedokteran Psikologi di National University Hospital (NUH) dikutip dari Channel News Asia.

Meski demikian, terdapat sejumlah minkonsepsi terkait terapi mental. Berikut ini beberapa minkonsepsi umum tentang terapi yang mungkin jadi faktor penghalang dalam mencari bantuan psikologis yang dibutuhkan.

“Saya tidak memerlukan terapi, pergi ke gym atau menangis sudah cukup”

Mencari “pelampiasan” seperti pergi ke gym atau meluapkan emosi dengan menangis bukanlah hal yang salah jika itu bisa membantu Anda merasa lebih baik. Faktanya, berolahraga dapat meningkatkan kadar endorfin untuk sementara sehingga menimbulkan kebahagiaan dan euforia, begitu pula dengan menangis.

 “Meningkatkan detak jantung dengan berolahraga dapat memperbaiki masalah pada otak akibat stres dengan merangsang produksi neuro-hormon seperti norepinefrin. Ini tidak hanya meningkatkan suasana hati tetapi juga kognisi. Jadi, melakukan olahraga ringan sepanjang minggu dan sesekali menangis dapat memperbaiki depresi dan kecemasan,” kata Andrea Chan, kepala TOUCH Mental Wellness.

Namun, jika kehidupan sehari-hari terpengaruh dalam jangka waktu yang lama, Anda mungkin memerlukan lebih dari sekedar olahraga dan menangis.

“Metode ini tidak akan berhasil jika kita terus merasa emosional dan negatif, serta mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.” kata Justyne Ho, konselor di Asosiasi Kesehatan Mental Singapura.

“Kami menyarankan Anda melihat apakah bantuan profesional cocok untuk Anda. Mencari bantuan tidak berarti bahwa para profesional akan mengambil alih hidup Anda; ini sebenarnya kesempatan untuk berbagi dan mendapatkan pandangan baru,” kata Ho. 

“Saya dapat menganalisis dan memecahkan masalah saya sendiri”

Solusi dari yang dihasilkan dari terapi mental dengan pakar kesehatan mental bisa sangat berbeda dengan apa yang ada dalam pikiran Anda. “Ketika Anda berbicara dengan seseorang, itu dapat membuka lebih banyak perspektif bagi Anda. Hal ini juga dapat membantu Anda untuk 'mendengar' apa yang Anda katakan kepada diri sendiri,” kata Ho.

Berbicara dengan seorang profesional dapat membantu Anda membedah masalah Anda dan menerapkan mekanisme penanggulangan yang sehat untuk memproses emosi negatif dengan lebih baik, demikian kata Chan.

Selain itu, mereka adalah para profesional yang dilengkapi dengan keterampilan dan sumber daya untuk memfasilitasi pembicaraan secara produktif dan membantu memberikan nasihat kepada Anda.

“Profesional terlatih mampu mengambil sudut pandang objektif dibandingkan dengan teman atau anggota keluarga, yang mungkin merasa lebih tertarik pada kehidupan pribadi Anda,” tambah Chan.

Dengan berbicara tentang kesulitan yang Anda hadapi, ditambah dengan pertanyaan terapeutik dari seorang konselor terlatih, itu membantu otak mencerna apa yang terjadi dan bagaimana mengatasinya ke depan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Saya merasa tidak nyaman berbagi detail intim kehidupan saya dengan orang asing”

Ini merupakan hal yang wajar. Beri diri Anda waktu dan cobalah untuk tidak terlalu cepat menarik kesimpulan tentang terapis Anda dan prosesnya. Sangat dianjurkan agar Anda bersikap terbuka dan jujur dengan terapis Anda.

“Seperti hubungan lainnya, perlu waktu untuk melakukan pemanasan dan memercayai terapis Anda. Meskipun terapis dapat membantu Anda untuk lebih memahami diri sendiri serta memberi panduan dan perspektif alternatif untuk dipertimbangkan, sebagian besar kemajuan bergantung pada apa yang Anda lakukan dengan wawasan yang Anda peroleh dari terapi,” kata Eugenia Yee, psikolog senior di Departemen Kedokteran Psikologi NUH.  

“Masalah saya belum cukup serius untuk memerlukan terapi”

Jika Anda terserang flu dan merasakan gejala seperti hidung tersumbat atau sakit tenggorokan, Anda kemungkinan besar tidak akan menunggu sampai gejalanya memburuk untuk pergi ke klinik karena berpotensi memakan waktu pemulihan lebih lama dan pengobatannya yang lebih intensif. Hal yang sama berlaku untuk masalah kesehatan mental, demikian kata Chan. 

“Masalah kesehatan mental dapat dikelola dan diobati, terutama jika ditangani sejak dini. Jadi, kami mendorong siapa pun yang berjuang dengan kesehatan mentalnya untuk mencari bantuan sejak dini. Jangan menunggu sampai Anda mengalami gejala yang parah sebelum mencari bantuan profesional.” Jelas Chan.

Beberapa orang mungkin tidak mencari bantuan profesional sejak dini jika mereka memiliki teman, kerabat, atau pihak lain yang dapat memberikan dukungan. Namun, jika Anda masih merasakan tekanan mental setelah berbicara dengan teman dan keluarga, itu tandanya Anda perlu mempertimbangkan untuk mencari bantuan profesional, kata Ho. 

“Saya pikir saya hanya perlu satu sesi”

“Terapi bukanlah pil ajaib yang hanya diberikan sekali saja. Diperlukan beberapa sesi sebelum kita melihat hasilnya. Perkiraan yang baik untuk kasus berisiko rendah adalah empat hingga enam sesi.” kata Chan.

“Meskipun kami memiliki pasien yang menjalani terapi untuk jangka panjang, mereka biasanya tidak memerlukan konseling intensif dan dapat menghadiri sesi sebulan sekali. Namun, ada pasien yang datang kembali untuk konseling setelah beberapa waktu karena pemicu stres baru atau terulangnya masalah sebelumnya,” kata Ho. 

“Saya hanya perlu bicara kan?”

Mengeksplorasi dan membicarakan kerentanan terdalam Anda adalah proses intim yang bisa menguras emosi. “Sebelum menghadiri sesi terapi, luangkan waktu untuk menenangkan diri, kumpulkan pemikiran Anda, dan ketahui apa yang ingin Anda bawa ke dalam sesi tersebut,” kata Yee. 

Untuk mendapatkan hasil maksimal dari terapi, Yee menyarankan untuk mempertimbangkan hal berikut sebelum bertemu dengan terapis:

  • Apa kesulitan utama yang saya hadapi saat ini?
  • Apa tujuan saya menjalani terapi? Apa yang saya harapkan dari terapi?
  • Apakah saya siap untuk membicarakan hal-hal sulit dan secara aktif melakukan perubahan untuk memperbaiki situasi/kehidupan saya? Jika saya belum merasa siap, langkah apa saja yang perlu diambil sebelum memulai terapi?

Pilihan editor: Idris Elba Mengaku Workaholic, Bikin Kewalahan Hingga Jalani Terapi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ibu Pembunuh Anak di Bekasi Kembali Ditahan usai Dirawat di RSJ Grogol

6 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Ibu Pembunuh Anak di Bekasi Kembali Ditahan usai Dirawat di RSJ Grogol

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grogol menyatakan kondisi kejiwaan ibu yang bunuh anak di Bekasi sudah stabil


Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

10 hari lalu

Personel Inafis Polres Ciamis melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus mutilasi di Desa Cisontrol, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat, 3 Mei 2024. Polres Ciamis mengamankan tersangka mutilasi berinisial TR (50 tahun) yang diduga membunuh dan memutilasi tubuh istrinya Y (50 tahun). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

Tarsum mengakui telah membunuh dan memutilasi istrinya sendiri


Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

18 hari lalu

Ilustrasi Chiropractic. Shutterstock
Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

Chiropractic merupakan salah satu metode pengobatan terapi manual yang awal mengenalnya sebagai pijat kretek. Amankah?


7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

19 hari lalu

Kecanduan judi online bisa membuat hidup berantakan. Ketahui cara menghentikan kejaduan judi online yang efektif berikut ini. Foto: Canva
7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.


Terbukti KDRT, Suami Dokter Qory Divonis 2 Tahun Penjara

27 hari lalu

Konferensi pers di Markas Polres Bogor, Cibinong, Kabupaten Bogor, menghadirkan tersangka pelaku KDRT, Jumat 17 November 2023. Kasus ini terungkap setelah viral di media sosial seorang suami mencari istri, Dokter Qory, yang pergi meninggalkan rumah. Dok. Polres Bogor
Terbukti KDRT, Suami Dokter Qory Divonis 2 Tahun Penjara

Suami dokter Qory itu juga mendapat hukuman tambahan berupa konseling kejiwaan.


Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

35 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@raditya_dika
Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.


Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

9 Maret 2024

(ki-ka) Pengurus Formas LKSA - PSAA, Jasra Putra bersama pengurus Panti Asuhan Dapur Yatim Baleendah, Devi Susiana dan Komisioner KPAI, Rita Pranawati menjelaskan foto-foto terkait penyergapan panti oleh Densus 88 Anti Teror saat konferensi pers di Kantor KPAI, Jakarta, 19 Januari 2016. TEMPO/Amston Probel
Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi menambah catatan anak menjadi korban saat diasuh orang dengan gangguan kejiwaan


Terapi Kesehatan yang Sempat Viral dan Masih Populer

6 Maret 2024

Ilustrasi terapi bekam. shutterstock.com
Terapi Kesehatan yang Sempat Viral dan Masih Populer

Berikut lima tren kesehatan yang sempat viral dan masih populer sampai sekarang. Ingat, tak semua baik dilakukan dan cocok untuk setiap orang.


Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

19 Februari 2024

Ilustrasi pria menangis. shutterstock.com
Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

Banyak hal terkait menangis dari sisi ilmiah, termasuk melepaskan hormon bahagia yang membantu mengobati luka dan meredakan stres. Adakah gunanya?


Bisakah Hasil Hipnosis Diandalkan? Simak Penjelasan Berikut

16 Februari 2024

Ilustrasi hipnoterapi atau hipnosis 2 biji. shuttertock.com
Bisakah Hasil Hipnosis Diandalkan? Simak Penjelasan Berikut

Hipnosis bisa digunakan untuk membantu mengatasi rasa sakit atau kecemasan, bisa juga membantu mengubah perilaku berbahaya. Optimalkah hasilnya?