Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa Itu Penyakit Japanese Encephalitis?

Editor

Nurhadi

image-gnews
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis Virus (JEV). Virus ini ditularkan oleh gigitan nyamuk, terutama nyamuk genus Culex yang terinfeksi. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah pedesaan di Asia, terutama di wilayah tropis dan subtropis.

Mengenali penyakit Japanese Encephalitis (JE)

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, virus Japanese Encephalitis (JE) adalah penyebab utama ensefalitis yang dapat dicegah dengan vaksin di Asia dan Pasifik bagian barat. Kasus penyakit virus JE pertama didokumentasikan pada 1871 di Jepang. 

Sebuah tinjauan literatur memperkirakan hampir 68.000 kasus klinis JE secara global setiap tahunnya dengan sekitar 13.600-20.400 kematian. JE terutama menyerang anak-anak. 

Kebanyakan orang dewasa di negara-negara endemik memiliki kekebalan alami setelah terinfeksi pada masa kanak-kanak. Namun individu dari segala usia mungkin akan terkena dampaknya.

Gejala JE

Kebanyakan infeksi JEV bersifat ringan (demam dan sakit kepala) atau tanpa gejala yang jelas. Tapi sekitar 1 dari 250 infeksi menyebabkan penyakit klinis yang parah. Masa inkubasinya antara 4-14 hari. Pada anak-anak, nyeri gastrointestinal dan muntah mungkin merupakan gejala awal yang dominan. 

Penyakit yang parah ditandai dengan demam tinggi yang cepat, sakit kepala, leher kaku, disorientasi, koma, kejang, kelumpuhan spastik, dan akhirnya kematian. Tingkat fatalitas kasus bisa mencapai 30 persen di antara mereka yang memiliki gejala penyakit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari mereka yang bertahan hidup, 20-30 persen menderita gejala sisa intelektual, perilaku, atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang, atau ketidakmampuan berbicara.

Penularan JE

Dikutip dari World Health Organization, sebanyak 24 negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki risiko penularan JEV, yang mencakup lebih dari 3 miliar orang. JEV ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk spesies Culex yang terinfeksi (terutama Culex tritaeniorhynchus ). 

Setelah terinfeksi, manusia tidak mengembangkan viremia yang cukup untuk menginfeksi nyamuk yang sedang makan. Virus ini ada dalam siklus penularan antara nyamuk, babi dan/atau burung air (siklus enzootic). Penyakit ini sebagian besar ditemukan di daerah pedesaan dan pinggiran kota, di mana manusia tinggal berdekatan dengan inang vertebrata ini.

Di sebagian besar wilayah beriklim sedang di Asia, JEV ditularkan terutama selama musim panas, ketika epidemi besar dapat terjadi. Di daerah tropis dan subtropis, penularan dapat terjadi sepanjang tahun, namun sering kali meningkat pada musim hujan dan masa prapanen di daerah budidaya padi.

Pilihan Editor: Fakta-fakta Nyamuk Culex yang Bisa Sebabkan Radang Otak

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bukan Karena Jarang Sikat Gigi, Ini 4 Penyebab Bau Mulut yang Mengganggu

2 hari lalu

ilustrasi bau mulut (pixabay.com)
Bukan Karena Jarang Sikat Gigi, Ini 4 Penyebab Bau Mulut yang Mengganggu

Bau mulut sangat mengganggu. Simak 4 penyebab bau mulut lain yang terjadi bukan karena jarang sikat gigi.


Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

8 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

13 hari lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

14 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

15 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

15 hari lalu

Ilustrasi Lyme Disease. Webmd.com
Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

Bisakah penyakit Lyme akibat gigitan serangga disembuhkan? Tentu saja asal tak terlambat diobati karena komplikasinya beragam.


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

16 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

19 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

20 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

22 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. Dok. Save The Children
Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

Menjaga kebersihan tangan merupakan upaya mencegah berbagai penyakit infeksi dan bagian dari cara hidup sehat. Ini cara yang dianjurkan.