TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran aplikasi kesehatan di gawai memang membantu banyak orang untuk memantau kesehatannya. Begitu juga dengan kualitas tidur yang penting bagi kesehatan sehingga orang pun terus memantaunya. Namun kebiasaan ini dinilai membahayakan dan bisa menyebabkan kondisi yang disebut ortosomnia.
Journal of Clinical Sleep Medicine menyebut ortosomnia sebagai kondisi orang yang berfokus memperbaiki atau menyempurnakan data tidur mereka. Kebiasaan ini memang berguna bila dilakukan dengan cara yang benar.
"Dengan memantau tidur, orang bertekad untuk memperbaiki rutinitas tidur dan tidur lebih lama karena mereka menaruh perhatian pada metriks di gawai," ujar Meredith Broderick, neurolog tidur dan penasihat medis di Ozlo Sleep di Seattle, Amerika Serikat, kepada Fox News Digital.
Menurut Broderick, memantau kualitas tidur dengan benar tak akan memicu kecemasan dan stres, tapi tidak sebaliknya. Ortosomnia ditandai dengan keinginan obsesif untuk tidur optimal berdasarkan data dan skor di gawai atau jam pintar.
Alhasil, orang pun terobsesi untuk terus memperbaiki datanya. Akibatnya, mereka justru merasa cemas dan stres. Ironisnya, perilaku terkait ortosomnia bisa berujung negatif dan mempengaruhi tidur.
"Skor rendah bisa memicu stres, yang sudah pasti akan mengganggu tidur, sementara kurang tidur bisa meningkatkan level stres," papar Broderick.
Istirahatkan dulu pemantau tidur
Jika sudah merasa mengalami ortosomnia, ia menyarankan untuk berhenti dulu menggunakan pemantau tidur dan menetapkan batasan terkait target kesehatan. Jika gagal, waktunya berkonsultasi ke dokter.
"Kadang memang ada gangguan tidur yang harus diperiksa dan diobati oleh spesialis, seperti insomnia kronis dan gangguan pernapasan saat tidur," katanya.
Broderick juga menyebut ortosomnia berhubungan dengan nomofobia, kondisi di mana orang merasa ketakutan bila jauh dari ponsel. Dalam artikel di Journal of Family Medicine and Primary Care pada 2019, disebutkan nomofobia adalah kondisi psikologis ketika orang ketakutan kehilangan koneksi dengan ponsel.
"Ingat, teknologi seharusnya membuat hidup lebih mudah, bukan menyebabkan kecemasan dan stres," tegas Broderick.
Pilihan Editor: Redakan Gejala Migrain dengan Cara Sederhana Berikut