TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan perkembangan urbanisasi dan mobilitas, kehidupan modern seringkali memaksa banyak orang untuk melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Kondisi ini seringkali dikenal sebagai “commuting stress” atau stres perjalanan.
Kondisi ini telah secara khusus menjadi perhatian utama dalam dunia kesehatan mental.
Apa itu Commuting Stres?
Tak dapat dipungkiri, commute atau perjalanan rutin menjadi bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari. Terutama di wilayah perkotaan ataupun urban.
Maka tentu saja ini dapat menjadi sumber stres yang signifikan. Dikutip dari laman New York University, commuting stres merujuk pada setiap perubahan psikofisiologis yang dilaporkan sendiri atau diukur secara objektif yang dialami sebagai bentuk stres yang disebabkan oleh perjalanan. Umumnya, kondisi ini muncul akibat perjalanan panjang yang seringkali dihadapi oleh individu yang tinggal jauh dari tempat kerja mereka. Faktor seperti waktu tempuh yang lama, kemacetan, dan ketidaknyamanan transportasi dapat memicu stres ini.
Setiap hari, ratusan juta orang di seluruh dunia bepergian menuju dan dari tempat kerja menggunakan berbagai bentuk transportasi seperti mobil, bus, dan kereta api, dll. Apapun bentuknya, seringkali para komuter dihadapkan pada rangkaian pemicu stres psikofisiologis serta berbagai rangsangan lingkungan yang tidak menyenangkan seperti kelelahan, polusi, kepadatan penduduk, dan mungkin kecelakaan kendaraan.
Ketika faktor-faktor ini berinteraksi dengan kerentanan genetik individu terhadap pengembangan respon stres, maka dapat menyebabkan manifestasi berbagai patologi.
Praktik Mindfulness untuk Mengatasi Commuting Stres
Biasanya, saat seseorang mengalami commuting stres, cara utama yang dilakukan individu untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan mengalihkan perhatian mereka melalui penggunaan telepon seluler. Meskipun hal ini dapat meringankan stres yang ditimbulkan oleh perjalanan yang penuh tekanan, namun penggunaan telepon seluler sebagai mekanisme penanggulangan ini bersifat maladaptif dalam jangka panjang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tahun 2013, penggunaan ponsel secara berlebihan ini juga sering dikaitkan dengan kelainan pada otak yang berhubungan dengan peningkatan perasaan stres, penurunan kemampuan emosi, dan masalah tidur.
Untuk itu, pilihan alternatif potensial guna mengurangi commuting stres dapat ditemukan dalam praktik mindfulness. Mindfulness merupakan sebuah metode penanaman perhatian yang mempengaruhi respon stres terhadap sejumlah keadaan psikologis dan fisik yang sulit. Melalui praktik ini, Anda akan memiliki kesadaran dan terbuka terhadap momen yang terjadi namun tetap rileks. Keadaan rileks dan tetap terjaga ini telah terbukti dapat meningkatkan pengalaman subjektif mengenai kesejahteraan pribadi seseorang. Selain itu, mindfulness juga dapat mengatur dan meningkatkan fungsi fisiologis dalam bentuk peningkatan respons imun dan penurunan kadar kortisol.
Commuting stres adalah aspek yang penting untuk dipahami dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan mengidentifikasi faktor pemicu dan menerapkan strategi pengelolaan yang efektif, individu dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap kesehatan mental. Hal ini juga dapat meningkatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dalam era mobilitas yang tinggi pemahaman dan penanganan commuting stres menjadi kunci untuk menjaga kesejahteraan dan produktivitas Anda.
Pilihan editor: