Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengulik Obat Statin dan Efek Samping untuk Penderita Penyakit Kardiovaskular

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
ilustrasi jantung (pixabay.com)
ilustrasi jantung (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Penyakit kardiovaskular adalah kondisi yang memengaruhi struktur atau fungsi jantung, seperti irama jantung abnormal atau aritmia, penyakit aorta dna sindrom marfan, penyakit jantung bawaan, penyempitan arteri, dan lain-lain seputar penyakit jantung lainnya.

Dikutip dari WebMD, untuk mencegah penyakit kardiovaskular maka penanganan dan pemberian obat yang paling banyak diresepkan ialah dengan obat statin. Obat statin mampu membantu mencegah penyakit kardiovaskular sehingga pasien bisa hidup lebih lama dan lebih sehat.

Selain itu, dalam unair.ac.id strategi pengobatan untuk menurunkan kolesterol (kasus hiperlipidemia) pada anak dikembangkan dengan pemberian obat golonga: statin, asam empedu (questran), fibrat, asam nikotinat dan ezetimib. Di antara obat tersebut, golongan statin telah direkomendasikan sebagai pengobatan utama (lini pertama) untuk hiperlipidemia terutama untu familial hypercholesterolemia (FH) dan ditoleransi dengan baik pada anak.

Obat statin mempunyai beberapa keunggulan, yaitu terdapat efek pleitropik disamping efek penurunan kolesterol. Efek pleitropik ini berupa antiradang/antiinflamasi, antioksidan, imunomodulator, antiproliferasi, stabilisasi plak di pembuluh darah dan pencegahan terhadap agregasi platelet/trombosit. 

Dalam sirkulasi sistemik, statin dapat berkaita dengan albumin dalam jumlah yang bervariasi berdasarkan karakteristik obatnya sehingga mempengaruhi parameter volume distribusi dan waktu paruh obat. Dari hasil penelitian terkait efektivitas dan keamanan pada anak menunjukkan bahwa obat golongan statin secara bermakna bisa mengurangi kadar LDL-C sebesar 35 persen setelah pemberian enam bulan.

Obat statin juga telah terbukti memiliki efek positif pada lipida atergonik penting lainnya, khusunya apoB, VLDL, apoA1, HDL-C, TC, dan TG. Begitu pula dengan studi keamanannya, juga telah diteliti secara luas, salah satunya menyangkut efek sampin pada anak dan remaja yang menerima pengobatan statin dan dilaporkan tidak memiliki efek samping yang membahayakan.

Efek samping paling umum terjadi pada pasien dewasa adalah nyeri dan kelemahan otot, rhabdomiolisis dan gangguan fungsi hati, sehingga perlu dipantau bersama dengan efek samping lainnya. Interaksi obat yang banyak terjadi bila golongan statin diminum bersamaan dengan obat lain yaitu obat yang menghambat sitokrom P450 3A4 seperti makrolida, pemblok HIV-protease, pemblok kanal kalsium, antijamur, dan siklosporin. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akibat dari interaksi tersebut adalah menimbulkan peningkatan kadar statin dalam darah dan meningkatkan risiko toksisitas dari statin sehingga perlu kewaspadaan bila diberikan secara bersamaan. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa penggunaan statin harus dibatasi untuk anak dengan risiko penyakit jantung ateroklerotik. Namun, penggunaan statin ini telah disetujui untuk digunakan pada anak usia 8 tahun ke atas untuk pravasatin. Sedangkan untuk atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, rosuvastatin, dan simvastatin digunakan pada anak usia 10 tahun ke atas.

Selanjutnya, dikutip dari WebMDobat statin bekerja dengan cara menjaga kadar kolesterol dalam tubuh. Jika seseorang tidak mampu menjaga kadar kolesterolnya, maka dokter akan meresepkan statin. Dengan menurunkan kadar kolesterol LDL, hal ini bisa mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.

Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi statin bisa hidup lebih lama daripada mereka yang memiliki kolesterol tinggi yang tidak mengatasinya. Namun, jika tubuh mengalami intoleransi statin maka pengobatan statin tidak bisa diberikan. Intoleransi statin terjadi ketika Anda alergi terhadap obat atau mengalami efek samping negatif yang lebih besar daripada manfaatnya.

Pada umumnya, tes akan menunjukkan bahwa Anda mengalami penurunan fungsi hati atau otot. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin dapat mentoleransi statin dalam dosis rendah. Sedangkan dalam kasus lain, Anda tidak bisa mentoleransi statin sama sekali. Tanda-tanda intoleransi statin ialah, jika pengobatan statin diberikan maka Anda mengalami nyeri otot, rasa sakit, kelemahan, dan kram. Jika mengalami salah satu gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter.

Pilihan editor: Pakar Sebut Perlunya Variasi Olahraga Agar Manfaatnya Lebih Maksimal

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pernah Terinfeksi Covid-19? Peneliti Ingatkan Risiko Lebih Besar Alami Penyakit Jantung dan Stroke

3 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Pernah Terinfeksi Covid-19? Peneliti Ingatkan Risiko Lebih Besar Alami Penyakit Jantung dan Stroke

Penelitian mengungkapkan orang yang pernah terinfeksi Covid-19 lebih berisiko mengalami penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.


Perlunya Rehabilitasi Kardiovaskular pada Penderita Penyakit Jantung

14 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Perlunya Rehabilitasi Kardiovaskular pada Penderita Penyakit Jantung

Rehabilitasi kardiovaskular bertujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, mengurangi faktor risiko penyakit jantung, hingga mencegah masalah kesehatan.


Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

17 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

Peneliti Ahli Madya BRIN mengatakan, usia rentan terkena penyakit kardiovaskular adalah usia dewasa, yakni 19 hingga 64 tahun.


Cegah Penyakit Jantung, Mulai 2025 Skrining dan EKG Tersedia di Puskesmas

21 hari lalu

Ilustrasi puskesmas. dok.TEMPO
Cegah Penyakit Jantung, Mulai 2025 Skrining dan EKG Tersedia di Puskesmas

Kemenkes akan mengembangkan layanan EKG di puskesmas pada 2025 sebagai upaya memfasilitasi skrining penanganan penyakit jantung.


Kebanyakan Tidur Lebih Berbahaya daripada Kurang Tidur, Ini Penjelasannya

24 hari lalu

Ilustrasi wanita menggunakan penutup mata saat tidur. Foto: Freepik.com/senivpetro
Kebanyakan Tidur Lebih Berbahaya daripada Kurang Tidur, Ini Penjelasannya

Berikut penjelasan seseorang yang kebanyakan tidur dapat memiliki risiko kesehatan lebih berbahaya daripada kekurangan tidur.


Serba-serbi Statin, Obat Kolesterol untuk Pasien Penyakit Jantung Selama Kemoterapi untuk Limfoma

32 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Serba-serbi Statin, Obat Kolesterol untuk Pasien Penyakit Jantung Selama Kemoterapi untuk Limfoma

Statin adalah obat yang paling banyak diresepkan untuk membantu mencegah penyakit jantung.


Pakar Sebut Perlunya Variasi Olahraga agar Manfaatnya Lebih Maksimal

37 hari lalu

Ilustrasi perempuan olahraga/Asics
Pakar Sebut Perlunya Variasi Olahraga agar Manfaatnya Lebih Maksimal

Kombinasi olahraga kardio, latihan kekuatan, dan latihan keseimbangan penting dilakukan karena ketiganya saling mendukung. Simak penjelasan pakar.


6 Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Masalah Jantung

42 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
6 Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Masalah Jantung

Orang sering berpikir pola makan mereka sehat tapi mengalami masalah jantung. Selain pola makan, berikut kebiasaan yang berbahaya buat jantung.


Peneliti Ungkap Banyak Tidur di Akhir Pekan Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung

45 hari lalu

FPC. Utang Tidur. shutterstock.com
Peneliti Ungkap Banyak Tidur di Akhir Pekan Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung

Orang yang banyak tidur di akhir pekan didapati berisiko 20 persen lebih rendah terkena penyakit jantung, begitu menurut peneliti Cina.


Ragam Masalah Kesehatan karena Sering Bekerja Malam Hari, Fisik dan Psikologis

47 hari lalu

Ilustrasi bekerja malam. Shutterstock
Ragam Masalah Kesehatan karena Sering Bekerja Malam Hari, Fisik dan Psikologis

Bekerja di malam hari butuh penyesuaian jam tidur dan makan, yang merupakan dua faktor kontributor pada masalah kesehatan yang terkait begadang.