TEMPO.CO, Jakarta - Pneumonia merupakan radang atau infeksi pada jaringan paru. Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan pneumonia dan kondisi yang kerap disebut paru-paru basah dapat disebabkan mandi malam hari hanya mitos.
"Penyebab pneumonia dan juga paru-paru basah bukan mandi malam atau kena semprot kipas angin. Ini adalah mitos belaka," katanya, Kamis, 12 September 2024.
Pneumonia dapat disebabkan bakteri seperti pneumokokus, streptokokus, dan lainnya, atau oleh virus, misalnya COVID-19 dan mungkin juga virus-virus lain. Pneumonia juga kadang-kadang disebabkan parasit. Tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung faktor-faktor seperti jenis kuman penyebab infeksi, usia, dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Gejala pneumonia dapat bervariasi tergantung penyebab infeksi, tingkat keparahan, dan kondisi orang yang terkena. Gejala ringan sering mirip pilek atau flu tetapi berlangsung lebih lama.
Gejala dan tanda yang umumnya terkait pneumonia meliputi nyeri dada saat bernapas atau batuk, kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada lansia 65 tahun ke atas), batuk yang dapat menghasilkan dahak, kelelahan, demam, berkeringat dan menggigil, suhu tubuh lebih rendah dari normal (pada lansia dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah), mual, muntah atau diare, kesulitan bernapas, dan kehilangan nafsu makan.
Salah kaprah paru-paru basah
Sementara itu, paru-paru basah sebenarnya bukan istilah kedokteran. Tjandra mengatakan kondisi yang dimaksud sebenarnya adalah penyakit efusi pleura.
"Sebenarnya cairannya bukan berada di dalam paru tetapi dalam selaput di sekitar paru, tepatnya antara selaput yang membungkus paru (pleura viseralis) dan selaput yang melapisi bagian dalam dinding dada (pleura parietalis)," papar Tjandra,
Menurutnya, sedikitnya ada tiga penyebab terbentuknya cairan, yaitu karena infeksi, misalnya, tuberkulosis (TB), atau radang lain karena kanker, dan terjadi gangguan keseimbangan protein dalam tubuh.
Pilihan Editor: Pakar Jelaskan Pencegahan Kanker Paru Secara Medis