TEMPO.CO, Jakarta - Berapa banyak sel telur yang Anda miliki? Ini adalah pertanyaan yang sering kali diabaikan oleh wanita, bahkan ketika mereka sedang mencoba untuk hamil. Namun, Dr. Jody Paige Goh, dokter umum dan pendiri Taylor, bersama mitra bisnisnya Eve Lee, percaya bahwa wanita muda di usia akhir dua puluhan sebaiknya mempertimbangkan pertanyaan ini.
Mengerti jumlah sel telur yang Anda miliki mungkin bukan hal yang umum dibahas, terutama bagi wanita muda yang sedang sibuk dengan berbagai prioritas hidup. Namun, penting untuk menyadari bahwa informasi ini bisa sangat berguna untuk perencanaan keluarga di masa depan.
Dilansir dari CNA Lifestyle, menurut Dr. Jody Paige Goh skrining cadangan ovarium adalah langkah proaktif yang sebaiknya dipertimbangkan oleh wanita berusia akhir dua puluhan. Pemeriksaan ini membantu wanita memahami kondisi kesuburan mereka, yang pada akhirnya memungkinkan mereka merencanakan kehidupan mereka dengan lebih efektif.
“Wanita dilahirkan dengan semua sel telur yang akan dimilikinya, dan persediaan ini berkurang baik kualitas maupun kuantitasnya seiring bertambahnya usia. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak sel telur yang tersisa dan berapa tahun masa subur yang tersisa,” kata Dr. Goh.
Semakin banyak wanita dan pasangan yang memilih untuk memiliki anak di usia yang lebih tua, semakin penting untuk waspada terhadap potensi masalah kesuburan sejak awal. “Menunda perencanaan keluarga dapat mengurangi kesuburan karena penurunan alami kualitas dan kuantitas sel telur seiring bertambahnya usia, dengan penurunan yang lebih tajam dimulai sekitar usia 35 tahun pada wanita,” jelas Dr. Goh.
Penurunan ini tidak terjadi secara merata pada setiap wanita, tambahnya, sehingga pendekatan personal dalam perencanaan keluarga, yang didasarkan pada informasi kesehatan kesuburan individu, sangatlah penting. “Jika seorang wanita yang berisiko mengalami menopause dini memilih untuk membekukan sel telurnya sekarang, ia kemungkinan akan mendapatkan lebih banyak sel telur berkualitas tinggi dibandingkan jika ia menunggu beberapa tahun lagi,” imbuh Dr. Goh.
Pemeriksaan kesuburan sangat penting bagi wanita yang memiliki risiko tinggi mengalami subfertilitas, seperti mereka yang telah menjalani operasi ovarium atau kemoterapi, yang dapat merusak ovarium, membahayakan sel telur, dan menurunkan jumlah sel telur. Pemeriksaan ini juga direkomendasikan bagi wanita dengan riwayat keluarga menopause dini, karena mereka mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kondisi tersebut.
Skrining Indung Telur Melalui Taylor
Pada bulan Maret, sebuah platform kesehatan wanita independen bernama Taylor diluncurkan, menawarkan layanan utama berupa Pemeriksaan Cadangan Ovarium seharga S$98, yang dilakukan melalui tes darah dan diikuti dengan konsultasi jarak jauh. Namun, pemeriksaan ini tidak memberikan informasi mengenai kualitas sel telur atau peluang hamil secara alami, yang bergantung pada faktor lain, sehingga disarankan untuk tetap berdiskusi dengan penyedia layanan kesehatan.
Selain itu, Taylor juga menyediakan pemeriksaan kesuburan yang lebih mendalam untuk memeriksa kesehatan tiroid dan tanda-tanda ketidaksuburan seperti kegagalan ovarium prematur dan sindrom ovarium polikistik (PCOS), kelainan hormonal umum pada wanita usia reproduksi.
“Jika ditemukan masalah kesuburan tertentu, wanita dan pasangan dapat mengambil langkah proaktif, seperti menyesuaikan jadwal pembentukan keluarga atau mempertimbangkan perawatan kesuburan seperti pembekuan sel telur atau IVF lebih awal,” kata Dr. Goh.
Untuk memperluas akses ke pemeriksaan kesuburan, Taylor akan mengadakan klinik kesuburan keliling pada 18 September di Fusionopolis, acara kedua sejak peluncuran platform tersebut. “Kami berharap dapat menormalkan perbincangan seputar perawatan kesuburan proaktif,” ujar Lee.
Jika hasil pemeriksaan nantinya menunjukkan kondisi serius atau kebutuhan khusus, pasien akan dirujuk ke spesialis dan klinik IVF. Jaringan Taylor mencakup tujuh klinik IVF di Singapura, 11 di Malaysia, dan delapan di Thailand, melayani pasangan dengan berbagai anggaran dan kebutuhan.
Lee menjelaskan bahwa salah satu tantangan umum bagi wanita yang menjalani pembekuan sel telur dan IVF adalah penyuntikan hormon kesuburan, yang dilakukan sendiri setiap hari selama 10 hingga 12 hari. “Beberapa orang khawatir melihat jarum masuk ke tubuh mereka sendiri atau khawatir mereka tidak melakukannya dengan benar,” kata Lee. Untuk mengatasi kekhawatiran ini, Taylor menawarkan layanan suntik di rumah dengan biaya S$85 per kunjungan, di mana perawat terlatih akan membantu. Lee, yang telah menjalani pembekuan sel telur pada usia 31 tahun, mengungkapkan keinginannya untuk membantu pasangan lain mengatasi pengalaman tersebut.
Taylor juga menyediakan aplikasi gratis, Hey Taylor, yang menawarkan pelacakan periode dan peringatan untuk gejala abnormal berdasarkan algoritma klinis tertentu. Aplikasi ini akan mengirim pemberitahuan tentang kondisi relevan dan menyarankan konsultasi medis jika diperlukan.
Pilihan editor: Pesohor Ini Mengaku Hamil di Usia 54 Tahun, Pakar Kesuburan Angkat Bicara