TEMPO.CO, Jakarta - Waktu tidur yang dibutuhkan setiap orang beragam, bergantung pada usia dan tingkat aktivitas. Beberapa orang kerap tidur melebihi waktu yang ideal. Tidur berlebihan termasuk dalam gangguan medis. Kondisi ini menyebabkan orang menderita kantuk yang ekstrem sepanjang hari dan tidak berkurang dengan tidur siang. Kondisi kebanyakan tidur ini membuat seseorang mengalami gejala kecemasan, energi rendah, dan masalah memori.
Dilansir dari WebMD, kebanyakan tidur dapat terjadi karena apnea tidur obstruktif, gangguan yang menyebabkan orang berhenti bernapas sesaat saat tidur. Kondisi ini dapat meningkatkan kebutuhan seseorang untuk tidur. Namun, tidak semua orang kebanyakan tidur. Ada beberapa orang juga yang mengalami kekurangan tidur sehingga tetap terjaga pada malam hari. Meskipun kekurangan tidur dapat berbahaya, tetapi kebanyakan tidur memiliki risiko lebih berbahaya bagi kesehatan.
Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Keele, Inggris, yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association menemukan hubungan “berbentuk J” antara durasi tidur dan kematian. Para penulis dalam penelitian tersebut menemukan, tidur lebih dari 7-8 jam yang menjadi waktu ideal berhubungan dengan tingkat bahaya sedang dibandingkan dengan tidur lebih sedikit.
Dikutip dari Medical News Today, hubungan “berbentuk J” dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran risiko meningkat sejalan dengan durasi tidur yang lebih banyak atau lama. Salah satu contohnya adalah seseorang yang tidur selama 9 jam dapat membawa risiko kematian 14 persen lebih tinggi. Sementara itu, seseorang yang tidur 10 jam membawa risiko kematian 30 persen lebih tinggi. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan risiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi sebesar 44 persen.
Menurut penulis utama penelitian tersebut sekaligus dosen klinis dalam kardiologi di Universitas Keele, Dr. Chun Shing Kwok, dampak kesehatan masyarakat yang penting karena menunjukkan bahwa tidur berlebihan adalah penanda peningkatan risiko kardiovaskular. Penyakit ini adalah istilah umum untuk gangguan jantung dan pembuluh darah. Seseorang yang menderita ini akan memiliki penyakit lain karena saling tumpang tindih akibat kesamaan kondisi dasar. Akibatnya, seseorang yang tidur terlalu lama dapat menderita penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.
Para peneliti menjelaskan, meskipun tampaknya ada bukti yang berkembang untuk mendukung gagasan tersebut, tetapi saat ini untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular berkaitan dengan durasi dan kualitas tidur. Pedoman terbaru National Sleep Foundation merekomendasikan untuk orang dewasa berusia 26-64 tahun 7-9 jam tidur setiap malam, sedangkan bagi orang tua (64 tahun ke atas) tidur selama 7-8 jam.
Berdasarkan hasil temuannya, peneliti menegaskan, tidur yang lebih lama mendatangkan masalah kesehatan lebih signifikan dibandingkan dengan tidur lebih singkat atau kekurangan tidur. Bahkan, semakin lama durasi tidur, semakin parah masalah kesehatan yang dialami. Tak hanya itu, kualitas tidur juga menjadi faktor risiko penyakit jantung koroner. Dengan demikian, seseorang harus menerapkan waktu ideal untuk tidur 7-9 jam setiap malam.
Pilihan Editor: Makanan Pedas Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Begini Penjelasannya