TEMPO.CO, Jakarta - Istilah metastasis HER2-Low pada kasus kanker payudara masih terdengar asing namun ditemukan 60 persen orang didiagnosis HER2-Negatif dengan kadar HER2 rendah. Begitu penjelasan spesialis penyakit dalam konsultan hemato-onkologi medik, Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi Sp.PD-KHOM.
“Pengetahuan metastasis kanker payudara HER2-Low di Indonesia masih sedikit. Status HER2 berbeda dengan status hormonal. Orang dengan kadar HER2 rendah bisa hormonal positif,” kata Ikhwan dalam gelar wicara memahami metastasis kanker payudara di Jakarta, Kamis, 19 September 2024.
Ia mengatakan HER2 rendah yang selanjutnya disebut HER2-Low terdeteksi jika pemeriksaan imunohistokimia (IHK) pada spesimen biopsi yang diambil dari sel kanker menunjukkan kadar protein HER2 yang rendah dengan IHK 1+ atau 2+. HER2-Low terjadi pada stadium awal dan penyebarannya cenderung lebih cepat sehingga pengobatan awal sangat diperlukan agar tidak menyebar.
Metode pengobatan
Pasien kanker payudara HER2-Low dapat terus diobati untuk memperlambat kecepatan dan penyebaran pertumbuhan kanker, mengurangi keparahan gejala, meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup, dan dapat memperpanjang waktu masa bebas penyakit hingga dua kali lipat.
“Pengobatannya antibodi terapi target trastuzumab dan obat kemoterapi Deruxtecan. Dia bekerja dengan cara menempel di HER2. Kombinasi obat ini tujuannya supaya kemoterapinya cuma kena sel kanker,” paparnya.
Pengajar di Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FKUI ini menjelaskan sel kanker akan menyebar ke organ yang memiliki banyak pembuluh darah seperti tulang, paru-paru, dan hati. Sel payudara juga berpotensi menjadi sel kanker karena beberapa faktor risiko yang memicu pertumbuhan sel menjadi abnormal, yaitu hormonal, kurang aktivitas fisik, obesitas, minum alkohol, dan merokok. Selain itu, usia dan faktor genetik juga salah satu penyebab lain.
Sementara itu, tanda dan gejala kanker payudara yang perlu diperhatikan adanya benjolan, keluar cairan putih atau darah selain ASI, penebalan kulit di payudara, perbedaan puting, iritasi, perubahan bentuk payudara, bersisik, dan nyeri di area payudara.
“Kalau merasa ada tanda langsung datang ke dokter, nanti akan diperiksa dengan mamografi, USG, untuk melihat benjolan padat atau cair dan biasanya dilakukan biopsi untuk mengambil jaringan dan MRI atau CT Scan,” jelasnya.
Pilihan Editor: Pakar Ungkap Kesulitan dalam Mengembangkan Vaksin Kanker Payudara