TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda penggemar makanan yang digoreng tentu pernah mendengar imbauan mengenai makan bawang putih untuk mengurangi kolesterol. Namun ternyata makan bawang putih yang dimaksud bukanlah makan bawang putih secara langsung setelah makan gorengan atau makanan berkolesterol tinggi. Melainkan makan bawang putih sesering mungkin walau tidak sehabis makan gorengan.
"Bawang putih tidak memiliki zat pencegah lemak (fat blocker), tapi bawang putih mengandung senyawa basa bernitrogen (alkaloid) yang disebut Allicin. Senyawa ini miliki sifat antikolesterol," ujar dokter spesialis gizi klinis dari Rumah Sakit MRCCC Siloam, Samuel Oetoro, dalam acara kampanye "Edukasi Deteksi Dini Kanker Usus Besar" yang diadakan Roche di Energy Cafe, Kamis, 27 Maret 2014.
Zat antikolesterol ini tidak mencegah pemecahan lemak, melainkan hanya memproteksi kolesterol yang masuk di dalam tubuh. Zat ini pun baru bekerja apabila sudah dicerna dalam tubuh. Dicerna di sini, kata Samuel, adalah bila zat sudah diserap tubuh dalam jangka waktu tertentu, tidak langsung setelah dikunyah.
"Artinya, bawang putih bekerja tidak secara langsung, melainkan berkali-kali dimakan dulu. Nonsense efeknya sehabis makan berlemak langsung makan bawang putih," kata Samuel.
Logika medis yang sama juga terjadi pada teh hijau. Efek antikolesterol pada teh hijau ini tidak langsung bekerja bila diminum sesaat. Harus diminum berkali-kali baru bekerja khasiatnya sebagai minuman antikolesterol. "Malah ada penelitian yang menyebutkan teh hijau sebaiknya minimal diminum lima kali sehari," kata Samuel.
CHETA NILAWATY
Berita Terpopuler
Terdeteksi 122 Obyek, Puing MH370?
Miripkah Kecelakaan MH370 dengan Adam Air?
7 Media Ini Dituding Berpihak dan Tendensius