TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua harus selalu memberikan gizi yang cukup untuk anak. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya malnutrisi yang dapat mengganggu pertumbuhan anak. Lalu, bagaimana dengan anak yang susah makan? Padahal, anak harus makan diberi makan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
“Anak tidak mau makan itu pasti ada sebabnya. Kalau pergi ke dokter, pasti dikasih vitamin. Padahal, masalahnya bukan itu,” ujar Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, PhD, dalam acara “Stunting dan Gizi Buruk Tantangan Mewujudkan Indonesia Emas 2045” pada Selasa, 22 Januari 2018.
Baca juga:
Pelecehan Seksual, Kenali 3 Ciri Predator Seksual dan Solusi Ahli
Heboh Pelecehan Seksual, Waspada Trauma Lanjutan pada Korban
Apakah Anda Menderita Aritmia? Begini Cara mendeteksinya
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut mengatakan, kesalahan terjadi pada makanan yang diberikan orang tua, tepatnya pada cara pengolahan makanan. Banyak orang tua yang tidak berani memberikan bumbu, seperti garam dan gula, pada makanan anak dalam fase MPASI (Makanan Pendamping ASI). Padahal, anak sudah mengenal rasa sejak masih berada dalam kandungan.
“Sebenarnya anak mengenal rasa dari perut ibu. Air ketuban rasanya makanan (yang dikonsumsi) ibu. (Hal itu) sudah diteliti,” ujar dr. Damayanti di Jakarta.Tidak hanya air ketuban, ASI juga memiliki rasa makanan yang dikonsumsi ibu selama fase menyusui.
Sementara itu, pengajar dan peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, FEMA IPB Prof. Dr. Dodik Briawan menyebutkan batas konsumsi garam, gula, dan lemak per hari menurut Kementerian Kesehatan adalah 415 GGL (Gula Garam Lemak), yaitu 4 sendok makan gula, 1 sendok teh garam, dan 5 sendok makan minyak.
Dodik menekankan pentingnya menyajikan makanan yang menarik untuk anak supaya tidak ada unsur pemaksaan saat sedang memberi makan.
Pada kesempatan yang sama, Damayanti juga menceritakan kisah unik pasiennya yang mengalami kesulitan makan. Pasien berusia 9 bulan yang ditanganinya berhasil menaikkan bobot tubuhnya setelah diberikan makanan favorit ibunya, yaitu masakan padang.
“Saya suruh orang tuanya bawa anaknya ke restoran padang. Nggak masalah, kan makanannya bisa dilumat. Apa yang terjadi? Minggu depannya, naik (beratnya) 6 ons. Ayahnya bilang, anaknya makan banyak,” ujar dokter spesialis anak tersebut. Karena itu, dokter Damayanti menekankan pentingnya kepekaan orang tua terhadap kesukaan anak. Tidak masalah memberikan anak makanan dengan bumbu, asal sesuai takaran dan kebutuhan gizi anak tetap tercukupi.
Makanan yang baik untuk anak saat MPASI tidak harus selalu sayur dan buah. Justru, makanan utama yang diperlukan adalah karbohidrat, lemak, dan protein, terutama protein hewani untuk perkembangan tinggi badan.
MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA