TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang perlu diselesaikan oleh pemerintah bersama berbagai elemen masyarakat adalah Hepatitis C. Berikut adalah enam hal yang penting Anda ketahui tentang Hepatitis C
1. Apa itu Hepatitis C?
Hepatitis C adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan infeksi virus hepatitis C (VHC). Virus dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis, yang berkisar dari derajat ringan hingga kronik. Derajat ringan biasanya hanya berlangsung beberapa minggu. Baca: Pasca Anestesi: Begini Menyadarkannya, Ada Halusinasi Seksual?
2. Bagaimana cara penularannya?
Pembina Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Rino Alvani Gani, mengatakan penularan virus umumnya melalui media darah dan cairan tubuh yang terinfeksi virus Hepatitis C. Selain itu, transplantasi organ yang terinfeksi, perilaku seksual yang tidak aman, pembuatan tato juga bisa menjadi metode penularan virus.
3. Siapa yang paling berisiko?
Rino mengatakan mereka yang menggunakan narkoba suntik, mereka yang menjalani perawatan kesehatan tak tidak aman seperti cuci darah, tranfusi darah tanpa pengecekan. "Pengecekan darah sekarang lebih baik," kata dia dalam Pertemuan Konsultasi Nasional Hepatitis C ke II, 2018 di Jakarta, Jumat 26 Januari 2018. Di Indonesia, pada tahun 2007, penderita hepatitis C berjumlah hampir 5 juta jiwa, sekitar 2,2 persen dari populasi saat itu dan dalam usia produktif.
4. Apa gejalanya?
Ahli kesehatan mengingatkan tak seperti kebanyakan penyakit lain, seorang yang terinfeksi virus hepatitis C cenderung tak menunjukkan gejala di awal-awal, sehingga dia tak menyadari sudah terinfeksi. "Hepatitis C tidak terasa atau tidak bergejala, sehingga pasien kebanyakan tak merasa kalau dia terinfeksi virus Hepatitis C," kata Rino. Namun, 20 persen orang merasakan gejalanya, seperti letih, malaise, tidak mau makan. Khususnya pada 80 persen penderita yang merasakan gejala, pengobatan menjadi sulit karena sudah ada sirosis--pengerasan hati. Baca: Kesehatan Mental, Kapan Harus Diwaspadai? Tilik Gejalanya
"Perkembangan dari kondisi normal menjadi penyakit hati lanjut, perlu waktu 25-30 tahun. Saat itu, pengobatan sudah sulit karena sudah ada sirosis," kata Rino.
5. Faktor yang memperparah?
Sejumlah faktor yang meningkatkan risiko kronisitas antara lain jenis kelamin laki-laki, berusia di atas 25 tahun saat mengalami infeksi, mereka yang tak merasakan gejala, konsumsi alkohol, obesitas, kondisi resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2. Baca: Kangkung Mengandung Zat Psikotropika? Intip Faktanya
6. Deteksi dan pengobatannya?
Pemerintah sudah menyediakan tes antibodi hepatitis C gratis untuk 140.000 orang dan pengobatan menggunakan obat terbaru untuk melawan virus (Direct Acting Antiviral atau DAA). "Hepatitis B dan C tahun 2030 targetnya tereliminasi. Senjata semakin lengkap, tahun 2016 sudah DAA dengan angka kesembuhan 98 persen. Biaya jauh lebih murah," kata Kasubdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Kementerian Kesehatan Sedya Dwisangka.