TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan sampah plastik di sekitar kita semakin mengkhawatirkan. Menurut penelitian dalam jurnal Anthropecene, tidak ada bagian planet bumi yang terbebas dari sampah plastik, seperti botol minum, plastik belanja, compact disc (CD), dan filter rokok.
Berbagai macam gerakan telah dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di lingkungan. Salah satunya kebijakan dari pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan kerja Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM).
Baca juga:
Mark Zuckerberg Dicecar Kasus Facebook, Ini Arti Bahasa Tubuhnya
Lelang Memorabilia Simpson, Kisah Cinta Raja yang Dikucilkan
Apa Itu Gaya Hidup Sedentari? Bisa Ancam Jiwa? Cek Solusinya
Menurut kebijakan dalam surat yang diedarkan BRSDM, semua pegawai tidak diperbolehkan menggunakan kemasan, kantong, botol, dan gelas berbahan plastik sekali pakai untuk kegiatan rapat. Kemudian, disarankan menyediakan dispenser air minum dan gelas minum di setiap ruang pertemuan, rapat, atau aula.
Gerakan ini memang penting dicanangkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sebab, pada 2050, diperkirakan sampah plastik akan melebihi jumlah ikan di laut. Jika jumlah plastik di laut semakin bertambah, hewan laut akan mengkonsumsi semakin banyak plastik karena dianggap sebagai makanan. Dampaknya, manusia pun juga bisa mengkonsumsi plastik lewat hewan laut yang dimakannya.
Selain itu, menurut ahli kesehatan lingkungan dari King’s College London, Frank Kelly, udara dapat terkontaminasi plastik. Kandungan tersebut dapat berasal dari mikroplastik dari kosmetik dan microfiber dari baju yang terdapat dalam air limbah. Saat air mengering, partikelnya akan mempengaruhi kebersihan udara. “Ada kemungkinan besar mikropartikel (plastik) tercampur ke dalam udara dan dihirup manusia.”
INDEPENDENT | OUR ENDANGERED WORLD | THE GUARDIAN | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA