Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Artis dan Tokoh Publik Suka Pamer Harta, Termasuk Gangguan Jiwa?

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Barbie Kumalasari. TEMPO/Genta Shadra Ayubi
Barbie Kumalasari. TEMPO/Genta Shadra Ayubi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini Indonesia banyak dihebohkan dengan cerita tokoh publik dan sejumlah artis yang pamer hartanya masing-masing. Ada akun Instagram bernama Ajudan Pribadi dengan 1 juta pengikut memamerkan berbagai kegiatannya di jet pribadi. Ada pula artis Barbie Kumalasari, Nikita Mirzani, Billy Syahputra, yang memamerkan saldo rekeningnya. Selain mereka, Raffi Ahmad hingga Ria Ricis pun melakukan hal serupa.

Banyak  yang mengaitkan aktivitas pamer tersebut sebagai gangguan kesehatan jiwa. Apakah benar aktivitas pamer terus menerus yang dilakukan seseorang ada kaitannya dengan kesehatan gangguan jiwa? Dokter kesehatan jiwa Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat Alvina mengatakan perilaku memamerkan harta yang dilakukan tokoh publik belakangan ini belum tentu merupakan gangguan jiwa. Perlu evaluasi secara lengkap terlebih dahulu sebelum menyimpulkan atau menegakkan diagnosis gangguan jiwa tertentu. “Untuk kasus tokoh publik, bisa saja perilaku memamerkan harta adalah bagian dari pekerjaan mereka di dunia hiburan untuk meningkatkan popularitas mereka,” ujar Alvina dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 21 November 2019.

Bila sikap pamer seseorang dikaitkan dengan gangguan jiwa, tentunya perilaku tersebut akan disertai ciri-ciri lainnya seperti merasa diri yang paling penting; fantasi berlebih tentang kesuksesan, kekuatan, kepintaran, atau kecantikan; keyakinan bahwa dirinya unik, istimewa, dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang spesial tertentu; membutuhkan pengakuan berlebihan dan kurang empati; perilaku eksploitatif; iri pada orang lain atau yakin bahwa orang lain iri pada dirinya; serta adanya perilaku arogan dan nakal yang menetap dimulai pada masa dewasa muda. Jika ciri-ciri tersebut terdeteksi, maka ada kemungkinan seseorang mengalami gangguan kepribadian narsisistik.

“Narsisistik adalah gangguan kepribadian dimana seseorang menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi,” ujar Alvina. Untuk kebiasaan pamer yang termasuk gangguan kepribadian narsisistik, biasanya orang tersebut memiliki masalah dengan rasa kepercayaan diri dan rasa keberhargaan diri sehingga butuh untuk terus menerus mendapatkan pengakuan.

Tujuan seseorang melakukan tindakan-tindakan yang termasuk dalam gangguan kepribadian narsisistik adalah untuk memperoleh kepuasan pribadi walaupun bersifat sementara, untuk memiliki teman atau relasi walaupun bersifat sementara, dan agar dirinya dianggap penting atau istimewa. Dampak narsisistik terhadap diri seseorang adalah bisa muncul gangguan jiwa lainnya seperti gangguan mood ataupun muncul masalah dalam relasi. Gangguan narsisistik ini biasanya dilakukan berulang karena memang sudah bagian dari ciri-ciri kepribadiannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Biasanya, orang yang mengalami gangguan narsisistik dapat sembuh dengan cara dirinya akan menyadari ada yang salah bila berulang kali mengalami kegagalan dalam relasi. “Orang yang mengalami gangguan narsisistik cenderung tidak menyadari bahwa dirinya mengalami narsisistik sampai ia mengalami masalah relasi yang berulang,” ujar Alvina.

Cara penyembuhan orang yang mengalami narsisistik dapat dilakukan dengan cara melakukan terapi khusus gangguan kepribadian narsisistik. Terapi yang digunakan adalah dengan psikoterapi yang jangka waktunya biasanya cukup lama dan terapi dari gangguan jiwa lainnya bila diperlukan.

Biasanya, orang lain akan merasa kesal karena orang dengan gangguan narsisistik ini cenderung merasa selalu benar, merasa yang paling penting, dan lain sebagainya. “Kita bisa menyikapi mereka dengan tidak terlalu larut dalam beradu argumen atau kritik,” ujar Alvina. Bila seseorang yang mengalami gangguan narsisistik adalah orang yang dekat dengan kita, mungkin kita bisa menyarankan atau mengarahkan mereka dengan cara yang baik untuk datang berkonsultasi ke psikiater.

Ïntinya, kita harus lakukan evaluasi lengkap terlebih dahulu baru kita bisa membuat kesimpulan bahwa orang-orang tersebut mengalami gangguan jiwa atau tidak. Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa semua yang tampak tidak biasa adalah seseorang yang mengalami gangguan jiwa. Namun, jangan juga mengabaikan seseorang yang sudah merasa terganggu dan membutuhkan pertolongan profesional. “Hendaknya kita menjadi masyarakat yang suportif dan tidak menghakimi sehingga seseorang yang memang membutuhkan bantuan profesional tidak merasa malu untuk datang berkonsultasi,” ujar Alvina.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

1 hari lalu

Ilustrasi wanita dengan lemari yang berantakan. shutterstock.com
Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.


5 Aksi Caleg Stres Bertindak di Luar Nalar, Bakar Petasan di Menara Masjid hingga Telanjang

26 Februari 2024

Ilustrasi petasan/kembang api. Shutterstock
5 Aksi Caleg Stres Bertindak di Luar Nalar, Bakar Petasan di Menara Masjid hingga Telanjang

Fenomena caleg stres biasa ditemui saat pemilu. Di Subang, seorang caleg membakar petasan di dekat menara masjid.


Polda Metro Tak Respons Permintaan Siskaeee Agar Bisa Tes Kejiwaan Mandiri

21 Februari 2024

Fransiska Candra Novitasari alias Siskaeee menghadiri sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin petang, 19 Februari 2024. Dia datang sebagai saksi dalam kasus produksi film porno. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Polda Metro Tak Respons Permintaan Siskaeee Agar Bisa Tes Kejiwaan Mandiri

Siskaeee sempat rawat jalan di Poliklinik Kesehatan Jiwa RSUP Dr Sardjito. Polda Metro tak memberikan hasil tes kejiwaan.


Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

18 Februari 2024

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) menunjukkan jari yang telah dicelupkan tinta  saat simulasi Pemilu 2024 di Pondok Rehabilitasi Sosial Zamrud Biru, Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Selasa 13 Februari 2024. Simulasi ini untuk memberikan edukasi kepada pasien ODGJ yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan berdasarkan data KPU Kota Bekasi terdapat 1.095 ODGJ yang memilki hak suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

Psikolog mengatakan umumnya gejala awal orang dengan gangguan jiwa ialah perubahan emosi maupun perilaku yang mendadak dan cenderung ekstrem.


Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

17 Februari 2024

Warga binaan duduk saat menggu panggilan untuk memberikan suara pada pemilu 2024 di TPS 021 dan TPS 022 yang berada di lingkungan Panti Bina Laras Sentosa 3, Jakarta Barat, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 250 pemilih berstatus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sekaligus warga binaan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 memberikan suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

Psikolog menjelaskan ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa, mulai dari keturunan hingga paparan lingkungan.


Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

16 Februari 2024

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Pondok Rehabilitasi Sosial Jamrud Biru menunjukkan surat suara pada Pemilu 2024 di TPS 049 Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 97 pasien ODGJ Jamrud Biru yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) menggunakan hak suara pada Pemilu 2024 di 8 TPS. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

Jangan menuntut ODGJ yang sudah dinyatakan pulih dengan obat untuk kembali hidup sempurna. Ini yang perlu dipahami keluarga pasien.


Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

14 Februari 2024

ilustrasi stres (pixabay.com)
Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

Apa saja layanan psikologis yang disediakan sejumlah rumah sakit melayani para caleg stres dan depresi akibat gagal dalam Pileg 2024?


Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

13 Februari 2024

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

Psikiater menuturkan gangguan mental setelah Pemilu 2024 dapat memperparah kondisi pemilik komorbid. Ini yang perlu dilakukan.


Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

8 Februari 2024

ilustrasi stres (pixabay.com)
Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

Menjelang Pemilu 2024, beberapa kota termasuk DKI Jakarta dan Cianjur sediakan layanan kesehatan jiwa bagi caleg stres karena gagal terpilih.


RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

8 Februari 2024

RSKD Duren Sawit. Foto : X
RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

Dinkes DKI Jakarta mengantisipasi penanganan caleg alami gangguan jiwa pasca Pemilu 2024, rujukan di RSKD Duren Sawit.