TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Komunitas Bike To Work Qomus mengatakan meningkatnya minat masyarakat kepada bersepeda akhir-akhir ini akan berdampak baik dan akan memiliki kelangsungan yang panjang. "Semoga tidak hanya menjadi tren sesaat tapi dijadikan sebagai gaya hidup untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sadar bahwa penting nya berolahraga menjadi bagian dari hidup kita," kata dia pada Selasa 22 September 2020 di Jakarta.
Kendati demikian, para pengguna sepeda yang saat ini semakin banyak masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk memberikan rasa aman di jalan. "Masih jauh dari harapan, sesuai dengan yang sedang kita advokasi sekarang ini, Hak Rasa Aman Bersepeda di Jalan Raya," kata dia.
Meski sudah mendapat jalur khusus bagi pengguna sepeda di beberapa ruas di Jakarta, ia menerangkan bahwa rasa aman saat bersepeda itu masih sangat kurang karena lajur yang diberikan itu masih sedikit dan juga kurangnya toleransi sesama pengguna jalan.
"Itu masih lajur yang kita butuhkan adalah jalur, 100 persen pesepeda semua jika ditanya pada saat bersepeda pasti merasa enggak aman dan nyaman pada saat bersepeda di jalan raya dan bukan karena lajur, antar sesama pengguna jalan," kata dia.
Ketua Umum Seli Selatan (SelSel), Ismail Mardjuki menambahkan bahwa, meski dikatakan hanya untuk tren semata, sepeda itu adalah salah satu pilihan hobi untuk berolahraga dan tidak salah juga kalau dijadikan tren musiman. "Kalau dikatakan tren musiman, dari dulu sampai sekarang belum ada putus putusnya tren bersepeda hanya saja inovasi sepeda, pilihan sepeda, kegiatan, dan jenis jenisnya saya yang berubah ubah sehingga seolah-olah terlihat hanya menjadi tren sesaat," kata dia.
"Saya juga berharap ini tidak terhenti sebatas tren saja ya, ke depannya semoga sepeda menjadi kebutuhan wajib masyarakat," kata dia menambahkan.
Kegiatan bersepeda semakin banyak dilakukan masyarakat. Bosan dan tidak bisa ke mana-mana pada saat adanya imbauan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) rata-rata menjadi di beberapa wilayah Indonesia.