Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pentingnya Pasien Asma Kelola Stres di Masa Pandemi

Reporter

image-gnews
Ilustrasi serangan asma. shutterstock
Ilustrasi serangan asma. shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Asma merupakan penyakit gangguan pernapasan pada saluran udara yang membuat pengidapnya sulit bernapas. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peradangan saluran udara sehingga terjadi penyempitan saluran udara sementara dan gangguan oksigen yang masuk ke paru-paru.

Spesialis paru Semen Padang Hospital, Dr. Masrul Basyar, mengingatkan penderita asma bisa mengelola stres, terutama di masa pandemi Covid-19 untuk mengurangi risiko penyakit.

"Stres dapat menghambat sistem kekebalan tubuh dan orang-orang dengan asma bisa stres di tengah pandemi ini. Bila kecemasan meningkat bisa menyebabkan serangan asma atau memperburuk kondisi," kata Masrul.

Ia menyarankan penderita asma bisa mengelola stres dan mengetahui faktor atau alergen pemicu sehingga dapat membantu mengelola dan menghindari serangan asma.

"Jangan tinggalkan obat asma. Orang dengan penyakit asma dapat menurunkan risiko infeksi atau mengembangkan komplikasi COVID-19 yang serius. Gunakan inhaler asma setiap hari sesuai resep," imbaunya.

Menurutnya, penyempitan saluran pernapasan yang terjadi menghasilkan gejala asma secara umum, seperti sesak napas, batuk, dan sesak dada. Jika dalam kondisi parah, asma dapat mengganggu aktivitas dan ketidakmampuan untuk berbicara.

"Penyakit ini juga dapat membatasi kemampuan seseorang untuk berolahraga dan aktif. Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penderitanya mendapatkan beberapa kunjungan ke ruang gawat darurat hingga rawat inap di rumah sakit," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia mengungkapkan untuk memastikan diagnosis asma, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, dimulai dari wawancara pasien dengan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan, seperti kapan gejala itu muncul beserta frekuensinya, apakah sesak napas disertai nyeri dada, serta riwayat penyakit keluarga. Untuk mengetahui adanya alergi pada pengidap asma, dokter akan melakukan tes, seperti menyuntikkan beberapa alergen dan mengukur ukuran benjolan merah yang ditimbulkan setelah 20 menit.

Dokter juga akan melakukan tes darah IgE atau sIgE. Ia mengungkapkan asma biasanya disebabkan oleh faktor penjamu, yaitu adanya interaksi antara agen atau faktor penyebab penyakit seperti predisposisi genetik, atopi, hiperresponsif jalan napas, inflamasi jalan napas, jenis kelamin, ras/genetik, obesitas, depresi.

Menurutnya, asma tidak terjadi akibat gaya hidup pada orang yang tidak memiliki faktor genetik asma. Asma dipicu oleh faktor genetik, namun juga dapat dipengaruhi lingkungan. Untuk pengobatan, tidak semua penderita asma harus dirawat di rumah sakit. Pasien asma yang dirawat di rumah sakit biasanya dalam serangan dengan infeksi sekunder, misalnya infeksi (bakteri).

"Untuk itu, seseorang yang menderita asma harus melakukan pengontrolan asma dengan baik dan perlu pencegahan faktor risiko lingkungan yang memicu serangan eksaserbasi asma dan menjalani pola hidup sehat, seperti olahraga teratur dan makan makanan bergizi," ujarnya.

Baca juga: Mitos tentang Asma yang Sering Merugikan Pasien, Apa Saja?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

3 hari lalu

Bawang merah. ANTARA/Oky Lukmansyah
Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?


Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

5 hari lalu

Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

Jika orang kehilangan kontrol temperatur internal karena cuaca panas ekstrem, mereka mungkin akan mengalami berbagai masalah kesehatan.


Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

6 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.


Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

6 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berbaring. Freepik.com/Valuavitaly
Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

8 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

12 hari lalu

Winter Aespa. Foto: Kpop Wiki
Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?


KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

18 hari lalu

Sebagai pengguna commuter line, Anda perlu mengetahui rute KRL Jabodetabek 2024 terbaru. Berikut ini rute terbaru dan harga tiketnya. Foto: Canva
KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

Pergerakan pengguna Commuter Line Jabodetabek juga masih terpantau di stasiun-stasiun yang terletak di kawasan pusat perbelanjaan atau sentra bisnis.


Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

19 hari lalu

Ilustrasi wanita berlatih yoga. shutterstock.com
Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

Berikut cara melakukan teknik pernapasan 4-7-8 untuk membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan. Bagaimana tahapannya?


Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

23 hari lalu

Ilustrasi wanita batuk. Freepik.com/Jcomp
Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

Batuk yang terus terjadi di malam hari sehingga mengganggu tidur diri sendiri dan orang lain memang menjengkelkan. Berikut ragam pemicunya.


Inilah Perbedaan Penyakit Gagal Ginjal dan Batu Ginjal

26 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
Inilah Perbedaan Penyakit Gagal Ginjal dan Batu Ginjal

Dua kondisi umum yang terjadi pada ginjal adalah penyakit gagal ginjal dan batu ginjal. Meskipun melibatkan gangguan pada ginjal, ada perbedaan signifikan dari dua jenis penyakit ini.