TEMPO.CO, Jakarta - Gejala yang ditimbulkan setelah melakukan vaksinasi atau imuniasasi dan diduga berkaitan langsung dengan kegiatan itu disebut juga dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Umumnya, KIPI terjadi sementara waktu, bergejala ringan, serta akan hilang sendirinya tanpa pengobatan.
Adapun beberapa bentuk KIPI ringan yaitu, rasa pegal di area suntik, demam ringan, rasa lelah, sakit kepala, pegal pada otot atau sendi, menggigil, dan diare. Menukil kanal unicef.org, Ahad, 8 Agustus 2021, KIPI atau reaksi yang muncul setelah vaksinasi jauh lebih ringan dibandingkan terkena Covid-19 atau komplikasi yang disebabkan oleh virus Covid-19.
Jika mengalami reaksi KIPI, salah satu penanganan yang paling mudah adalah dengan menenangkan diri. Jika terjadi reaksi seperti nyeri, bengkak atau kemerahan pada area yang disuntik, bisa dilakukan dengan mengkompres bagian tersebut.
Lebih lanjut, jika terjadi demam, kompres dengan air hangat atau mandi dengan air hangat, perbanyak minum air putih dan istirahat. Jika membutuhkan penanganan lebih, sebaiknya pasien yang mengalami gejala tersebut minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.
Jika KIPI terjadi lebih dari tiga hari dan mengalami reaksi yang berat, segera menghubungi petugas kesehatan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencatatcatat detail dan segera laporkan pada petugas atau fasilitas layanan kesehatan, atau pada kontak yang tertera pada kartu vaksinasi, dan situs web pelaporan KIPI di keamananvaksin.kemkes.go.id.
Masih dari UNICEF, hal yang perlu dilakukan adalah bersabar. Hal ini dilakukan karena Tubuh perlu waktu untuk membangun kekebalan. Seseorang baru dapat dikatakan divaksinasi, setidaknya 2 pekan setelah dosis lengkap.
Lebih lanjut, menjaga diri dari orang lain juga diperlukan dengan melakukan protokol kesejatan yang sidah ditentukan. Vaksin-vaksin yang tersedia menunjukkan efektivitas tinggi dalam melindungi penerimanya dari kejadian sakit berat akibat COVID-19. Namun, orang yang sudah divaksinasi tidak menutup kemungkinan menularkannya virus meskipun tanpa gejala.
GERIN RIO PRANATA
Baca juga:
Alasan IDAI dan Tim Uji Klinis di Bandung Dukung Vaksin Sinovac untuk Anak