Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mitos atau Fakta, Parutan Kelapa Sebabkan Cacing Kremi? Ini Penjelasannya

Reporter

image-gnews
Ilustrasi cacing keremi. Daniel J. Drew/wikimedia.org
Ilustrasi cacing keremi. Daniel J. Drew/wikimedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta – Infeksi cacing kremi diidentikkan dengan kondisi terdapat cacing kecil pada anus penderita. Salah satu ungkapan populer mengenai infeksi cacing kremi adalah mengonsumsi parutan kelapa dapat menyebabkan kremian. Sebagian orang memercayai mitos ini, tetapi tidak sedikit pula yang menyangkal akan ungkapan ini. Lantas, apakah benar parutan kelapa sebabkan kremian?

Kremian merupakan kondisi rasa gatal di sekitar daerah anus yang membuat penderitanya tidak nyaman. Melansir dari healthline.com, seperti namanya, kremian disebabkan oleh cacing kremi yang bersifat parasit, bewarna putih, dan cepat menular dengan panjangnya hanya kurang dari setengah inci. Infeksi yang juga dikenal dengan nama enterobiasis ini merupakan jenis infeksi cacing usus manusia yang paling umum. Penderita kremian umumnya adalah anak-anak usia lima sampai sepuluh tahun.

Di Indonesia, terdapat mitos yang muncul mengenai kremian di kalangan. Mitos tersebut adalah dengan mengonsumsi parutan kelapa dapat menyebabkan kremian. Melansir dari laman kominfo.go.id, mitos ini dilatarbelakangi dari bentuk cacing kremi yang putih, kecil, dan pipih layaknya parutan kelapa. Keberadaan cacing kemi pada permukaan anus merupakan bentuk penjelmaan atas konsumsi parutan kelapa yang terlalu banyak. Oleh karena itu, pemikiran parutan kelapa menyebabkan kremian pun muncul di kalangan masyarakat sejak lama.

Setelah diselidiki, sebagaimana dilansir dari laman kominfo.go.id, dr. Marlyn Cecillia Malonda, SpA mengungkapkan bahwa informasi mengenai korelasi antara parut kelapa dengan kremian adalah mitos belaka. Namun, dr Marlyn menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan jika parutan kelapa menyebabkan kremian.

“Hal tersebut dapat terjadi apabila telur cacing kremi mengontaminasi parutan kelapa tersebut,” pungkasnya sebagaimana dikutip Tempo.co dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, kominfo.go.id, pada 14 Desember 2019.

Dengan demikian, mengonsumsi parutan kelapa tidak menyebabkan kremian, selama parutan kelapa dalam kondisi bersih. Namun, lain halnya apabila parutan kelapa terinfeksi oleh cacing kremi, sehingga parutan kelapa dapat menyebabkan kremian pada seseorang. 

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Benarkah Makan Ampas Kelapa Sebabkan Gatal Cacing Kremi?

 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bukan Karena Jarang Sikat Gigi, Ini 4 Penyebab Bau Mulut yang Mengganggu

4 hari lalu

ilustrasi bau mulut (pixabay.com)
Bukan Karena Jarang Sikat Gigi, Ini 4 Penyebab Bau Mulut yang Mengganggu

Bau mulut sangat mengganggu. Simak 4 penyebab bau mulut lain yang terjadi bukan karena jarang sikat gigi.


Berbagai Mitos soal Orang Cerdas dan Faktanya

10 hari lalu

Ilustrasi wanita cerdas. shutterstock.com
Berbagai Mitos soal Orang Cerdas dan Faktanya

Orang cerdas sering memunculkan anggapan atau mitos tertentu. Sayangnya, asumsi tersebut banyak yang keliru. Berikut faktanya.


Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

17 hari lalu

Ilustrasi Lyme Disease. Webmd.com
Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

Bisakah penyakit Lyme akibat gigitan serangga disembuhkan? Tentu saja asal tak terlambat diobati karena komplikasinya beragam.


Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

20 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.


Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

23 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. Dok. Save The Children
Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

Menjaga kebersihan tangan merupakan upaya mencegah berbagai penyakit infeksi dan bagian dari cara hidup sehat. Ini cara yang dianjurkan.


Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

25 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Pavel Danilyuk
Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda


Saran Dermatolog buat Penderita Rosacea agar Tak Semakin Parah

25 hari lalu

Ilustrasi Rosacea. Wikimedia.org
Saran Dermatolog buat Penderita Rosacea agar Tak Semakin Parah

Empat jenis produk perawatan kulit dibutuhkan penderita rosacea demi mengurangi keluhan gatal-gatal. Simak saran dermatolog.


Begini Cara Mencuci Handuk Mandi yang Benar

25 hari lalu

Ilustrasi handuk. Foto: Unsplash.com/Rinku Shemar
Begini Cara Mencuci Handuk Mandi yang Benar

Berikut cara yang benar untuk mencuci handuk mandi agar tetap bersih, segar, dan bebas dari kuman dilansir dari Saatna.


Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

26 hari lalu

Kolam terapi ikan di Setu Babakan, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, dibuka gratis untuk masyarakat mulai Selasa (25/8/2020).(ANTARA/HO-Kominfotik Jakarta Selatan)
Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.


Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

37 hari lalu

Ilustrasi Ketupat. shutterstock.com
Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

Masyarakat diminta mewaspadai penyakit kronis yang bisa timbul kembali di masa Lebaran karena tidak dikontrol seperti saat berpuasa.