TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan makan pica adalah kondisi ketika seseorang memiliki keinginan dan nafsu makan terhadap benda atau zat non-makanan atau tidak memiliki nilai gizi secara kompulsif. Orang yang menderita gangguan makan pica bisa mengonsumsi benda-benda yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya kapur, lem, dan debu. Pola makan seperti ini bisa dianggap sebagai gangguan makan pica bila telah dilakukan setidaknya selama satu bulan.
Melansir healthline, hingga saat ini, penyebab gangguan makan pica belum diketahui secara pasti. Terdapat sejumlah hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap pica, antara lain kehamilan, gangguan perkembangan, masalah kesehatan mental, serta kekurangan nutrisi tertentu.
Baca : Cerita Jane Fonda Kesulitan Mengatasi Gangguan Makan yang dialami sejak remaja
Dalam sejumlah kasus, kekurangan zat besi, zinc, atau nutrisi lain dapat dihubungkan dengan pica. Gangguan makan pica umumnya hanya bersifat sementara dan bisa sembuh tanpa perlu pengobatan. Meski begitu, gangguan makan pica juga bisa saja berlangsung dalam jangka waktu yang lama yang biasanya dialami oleh orang dengan masalah kesehatan mental.
Kebiasaan mengonsumsi benda non-makanan tertentu dapat menyebabkan kondisi serius lainnya seperti keracunan, infeksi parasit, penyumbatan usus, hingga tersedak.
Penanganan untuk pica biasanya dimulai dari mengobati gejala atau komplikasi yang diakibatkan mengonsumsi benda atau zat yang bukan makanan. Jika pica disebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi, dokter mungkin akan meresepkan suplemen vitamin atau mineral.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa dari sisi psikologis untuk melihat apakah pengidap memiliki kondisi kesehatan mental tertentu. Jika terdapat masalah kesehatan mental, dokter akan meresepkan obat atau terapi yang cocok atau merujukkan ke psikiater.
Mengutip Cleveland Clinic, pengobatan utama untuk pica adalah terapi dengan metode yang berbeda tergantung pada situasi dan kebutuhan. Metode terapi gangguan makan tersebut meliputi:
-Mild aversive therapy. Metode ini melatih orang untuk menghindari perilaku pica menggunakan mild aversions (konsekuensi). Metode ini juga mengajarkan untuk menghindari benda non-makanan dan beralih pada perilaku makan sehat.
-Behavioral therapy. Metode terapi ini melibatkan pengajaran mekanisme dan strategi koping untuk membantu mengubah perilaku.
-Differential reinforcement. Dalam metode ini, orang belajar untuk menghindari perilaku pica dengan berfokus pada perilaku dan aktivitas lain.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Hilary Duff Mengalami Gangguan makan Saat Remaja
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.