TEMPO.CO, Jakarta - Rasa cemas atau kecemasan bisa terjadi kapan saja. Benarkah rasa cemas pada malam hari dapat membuat kita kesulitan untuk tidur?
Ahli saraf Austria Sigmund Freud memandang kecemasan sebagai ekspresi gejala dari konflik emosional batin yang disebabkan ketika seseorang menekan (dari kesadaran) perasaan yang terlalu mengancam atau mengganggu. Kecemasan juga dinilai muncul dari ancaman terhadap ego atau harga diri seseorang, mengutip Britannica. Dalam terbitan baru cnalifestyle.channelnewsasia.com, kecemasan bisa muncul kapan saja namun ada beberapa alasan mengapa kecemasan terasa lebih intens pada waktu sebelum dan ketika tengah tidur.
Baca Juga:
"Kebanyakan dari kita sangat sibuk selama jam bangun, jadi kami memiliki waktu terbatas untuk memikirkan kekhawatiran kami. Tapi di malam hari saat kita berbaring di tempat tidur, hanya ada sedikit gangguan dari pikiran yang membuat kita cemas," kata Candice Alfano, direktur Sleep anda Anxiety Center of Houston di University of Houston.
Hal tersebut dapat menyebabkan teka-teki yang membuat frustasi. Tidak bisa tidur karena pikiran cemas menimbulkan anggapan bahwa kita tidak aman. Ini membuat kita menjadi lebih waspada dengan meningkatkan detak jantung dan mengencangkan otot. Lebih buruk lagi, kurang tidur sudah terbukti menimbulkan lebih banyak pikiran cemas.
"Kurang tidur seringkali merupakan awal dari gangguan kesemasan, dan kecemasan menyebabkan kurang tidur," ujar ahli saraf di University of Cologne di Jerman, Dr Sarah Chellappa.
Pada tinjauan tahun 2019 terhadap 13 penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ulasan Pengobatan Tidur, para peneliti menyimpulkan insomnia sebagai prediktor kecemasan yang signifikan di antara kondisi kesehatan mental lainnya. Para peneliti menjelaskan bahwa tidur dapat membantu membedakan antara apa yang mengancam dan apa yang aman. Jadi tanpa tidur yang cukup, kita tidak akan pandai menanggapi stres, ketakutan, dan kecemasan.
Menurut survei pada Oktober 2022 terhadap 3.192 orang dewasa di Amerika Serikat, 34 persen di antaranya melaporkan merasa cemas atau gugup sebelum mendapat giliran terakhir. Sementara 32 persen responden mengatakan stres mereka sudah menyebabkan perubahan dalam kebiasaan tidur mereka, termasuk kesulitan tidur. Dr Rafael Pelayo, seorang professor klinis psikiatri dan ilmu perilaku dalam pengobatan tidur di Stanford Medicine menyebutkan bahwa ada tujuan evolusioner untuk kecemasan malam.
"Tidur adalah hal paling berbahaya yang dapat kita lakukan," kata penulis buku How to Sleep itu.
Saat kecemasan membuat Anda tetap terjaga, manfaat kesehatan dari tidur akan hilang. Tidak hanya itu, Anda juga mungkin memulai lingkaran setan dari kurang tidur dan meningkatkan kecemasan yang sulit dipatahkan. Sementara kabar baiknya, para ahli mengatakan bahwa tidur yang nyenyak bisa membuat kecemasan membaik seiring berjalannya waktu.
CNA LIFESTYLE | BRITANNICA
Pilihan editor : Pilihan Aktivitas Sederhana untuk Mencegah Depresi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.