TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Miza Afrizal, mengizinkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) ditambahkan bumbu dan menepis anggapan MPASI harus hambar.
"Sekitar 10 tahun lalu, memang penelitian menyebutkan MPASI sebaiknya tidak berasa dulu. Tapi semakin ilmu pengetahuan berjalan terus sampai detik ini, MPASI itu boleh pakai rasa atau bumbu sejak awal," kata Miza.
Ia mengatakan indera perasa sebenarnya sudah bekerja sejak bayi dalam kandungan usia trimester akhir. Di dalam kandungan, bayi bisa mengecap rasa makanan yang dimakan ibunya. Kemudian saat lahir, bayi juga bisa menikmati rasa gurih yang merupakan rasa dominan ASI sehingga Miza mengatakan MPASI boleh memakai bumbu.
"Seumur hidup bayi dari 0 hingga 5 bulan, mereka merasakan ASI yang terus menerus ada rasanya, gurih, dan enak. Bayangkan kalau kita tiba-tiba memberikan dia makan pertama kali sehambar-hambarnya, jadi tidak aneh kalau banyak bayi yang menolak dari awal," ujarnya. "Tapi memang tidak menutup kemungkinan ada juga bayi yang lebih suka rasa yang hambar."
Belajar mengenal rasa
Memberikan bumbu pada MPASI juga dapat membantu anak belajar makan, terutama ketika memasuki fase neofobia, yakni takut atau ragu memasukkan rasa atau tekstur baru ke dalam mulut.
Baca juga:
"Saat usia kurang lebih 1 tahun, 100 persen mengalami fase neofobia. Maka dari itu, sebelum anak memasuki fase itu, ada baiknya kita mengenalkan berbagai macam rasa sehingga ketika memasuki neofobia, rasa takut atau ragu mencoba dan merasakan sesuatu yang baru tidak terlalu parah," sarannya.
Meski begitu, ada batasan yang harus diperhatikan jika ingin menambahkan bumbu pada MPASI yaitu maksimal 400 mg natrium atau 1 gram garam untuk usia 6 bulan-1 tahun dan 2 gram garam untuk usia 2 tahun. Selain bumbu, Miza memberi kebebasan pada orang tua untuk mengenalkan rasa pada anak melalui bahan makanan MPASI yang bervariasi.
Pilihan Editor: 8 Jenis Ikan yang Baik untuk MPASI, dari Tuna hingga Kembung