TEMPO.CO, Jakarta - Penderita gangguan makan orthorexia nervosa terobsesi menjalankan pola makan sehat secara berlebihan. Mereka cenderung membatasi makanan olahan, tinggi gula, lemak tidak sehat, dan pengawet.
Mengutip Verywell Health, orthorexia nervosa tergolong sindrom gaya hidup dan kebiasaan ekstrem. Sebab penderitanya hanya mau mengonsumsi makanan dengan jenis dan kualitas tertentu.
Bagaimana Orthorexia Nervosa Didiagnosa?
Baca Juga:
Sebut Healthline, untuk mendiagnosa orthorexia nervosa profesional menggunakan alat diagnostik berupa:
• ORTO-15: alat skrining yang melibatkan 15 pertanyaan untuk mengidentifikasi gejala dan perilaku yang berkaitan dengan orthorexia. Skor 40 adalah batas untuk diagnosis. Namun, alat ini telah dikritik karena ketidakmampuannya membedakan antara perilaku makan patologis dan nilai-nilai terkait makan (misalnya, veganisme etis dan keyakinan agama).
• ORTO-R: versi ORTO-15 yang lebih baru ini mencakup enam pertanyaan paling relevan terkait dengan gejala dan perilaku orthorexia.
• Tes Bratman Orthorexia (BOT): alat penyaringan 10 pertanyaan yang terdiri dari jawaban “Ya/Tidak”. Pertanyaannya didasarkan pada pemikiran obsesif tentang makanan, keyakinan tentang nutrisi dan kesehatan, pembatasan, dan faktor lainnya. Namun, tes ini tidak umum digunakan.
• Kuesioner Kebiasaan Makan (EHQ): kuesioner berisi 21 item ini mengukur pengetahuan, perasaan positif vs. negatif, dan perilaku bermasalah terkait pola makan sehat. Namun, penelitian menunjukkan bahwa perlu perbaikan sebelum dapat menjadi alat diagnostik yang valid untuk orthorexia.
Bagaimana Orthorexia Nervosa Diobati?
1. Obat Resep
Mengutip Verywell Health, belum ada penelitian mengenai kemanjuran pengobatan psikotropika (obat yang memengaruhi kondisi mental) untuk penderita orthorexia. Pasien mungkin diberikan beberapa obat-obatan yang diresepkan untuk penderita anoreksia nervosa, seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI).
SSRI terbukti mengurangi gejala depresi, kecemasan, dan perilaku obsesif-kompulsif di antara orang dengan anorexia nervosa.
2. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Terapi perilaku kognitif (CBT) sering digunakan untuk mengobati masalah kesehatan mental, termasuk gangguan makan. Pasien diajarkan cara mengidentifikasi dan menentang pola pikir negatif untuk menggantinya dengan pikiran dan perilaku konstruktif.
CBT bermanfaat mengurangi perfeksionisme dan distorsi kognitif, yang dialami penderita orthorexia nervosa. Sehingga pasien dapat mengubah pola makannya menjadi lebih sehat.
3. Psikoedukasi
Psikoedukasi adalah komponen pengobatan lain untuk orthorexia. Terapis menggunakan psikoedukasi untuk memberi tahu pasien tentang kondisinya, meningkatkan kesadaran akan kondisinya, dan mendukung orang tersebut dengan sumber daya berbasis bukti.
Dalam konteks orthorexia, ahli kesehatan mental mungkin menggunakan psikoedukasi untuk mendidik tentang pentingnya makan makanan seimbang, dan memperbaiki keyakinan yang tidak akurat tentang kelompok makanan tertentu atau metode penyiapan makanan.
Namun, proses ini kemungkinan besar akan menciptakan tekanan emosional bagi orang dengan orthorexia. Terutama mereka yang memiliki keyakinan dan obsesi kuat mengenai pola makan yang dijalani.
Pilihan editor: Kupas Tuntas Gangguan Makan Orthorexia Nervosa