Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fobia Benda Besar, Apa Itu Megalofobia?

Reporter

Editor

Bram Setiawan

image-gnews
Ilustrasi fobia. Shutterstock
Ilustrasi fobia. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Megalofobia kondisi takut tak wajar terhadap benda-benda besar. Orang dengan fobia ini mudah mengalami ketakutan dan kecemasan, bahkan ketikka membayangkan ada bendar besar, seperti bangunan, patung, hewan, dan kendaraan. 

Merujuk Cleveland Clinic, fobia ini juga menyebabkan adanya dorongan ingin menghindari situasi atau tempat yang memungkinkan melihat benda besar.

Tentang megalofobia

Saat melihat benda besar rasa takut terkadang dibarengi gemetar, mual, berkeringat, pusing, sesak napas atau nyeri dada. Seperti umumnya orang fobia, gejala ketakutan ekstrem ini bisa mempengaruhi aktivitas dan hubungan sosial. Orang dengan fobia ini akan merasa takut melihat benda diam seperti gedung, patung, monumen besar, kapal, kereta, dan bus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dikutip dari Verywellmind, penyebab munculnya fobia ini bermacam-macam. Bisa bermula dari trauma atau ketakutan berlebihan yang mempengaruhi pikiran yang bersumber dari cerita-cerita tentang raksasa. Misalnya, hewan raksasa atau monster. Megalofobia yang ekstrem jika mendengar cerita seperti itu akan mengaduk-aduk perasaan takutnya.

Megalofobia cenderung dialami siapa saja dari segala usia. Tapi, biasanya fobia ini berkembang saat usia anak-anak. Jika tak diatasi semasih kecil, fobia ini bisa terbawa sampai dewasa dan berkembang dengan gejala lanjutan.

Jika menyadari gejala ringan megalofobia, sebaiknya segera mengonsultasikan dengan ahli kesehatan mental atau psikolog. Psikolog akan memberikan rangkaian pertanyaan terkait riwayat, gejala, dan perasaan klien saat di sekitar objek besar.

Orang tua pun harus memperhatikan jika anaknya menunjukkan adanya gejala megalofobia. Mengingat fobia ini rentan bermula semasa anak-anak.

Pilihan Editor:  Fobia Muntah, Apa Itu Emetofobia?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

7 jam lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

21 jam lalu

Ilustrasi anak sulung perempuan. Shutterstock
3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

Fenomena beban emosional yang dipikul oleh anak perempuan tertua alias anak sulung perempuan di banyak keluarga, sejak mereka masih kecil.


Ketahui Sindrom Anak Sulung Perempuan, Beban Putri Tertua

1 hari lalu

(dari kiri) Kim Kardashian dan anak sulungnya, North West. Foto: Instagram/@kimkardashian
Ketahui Sindrom Anak Sulung Perempuan, Beban Putri Tertua

Sindrom putri sulung adalah beban yang dirasakan oleh anak sulung perempuan untuk berperan sebagai orang tua ketiga bagi saudara-saudaranya.


Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

1 hari lalu

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dengan siswa sekolah.
Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.


Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

5 hari lalu

Ilustrasi pernikahan. Shutterstock
Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.


Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

7 hari lalu

Ilustrasi lansia bersama cucunya. shutterstock.com
Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

Psikolog mengingatkan kakek atau nenek memahami jenis-jenis pola asuh ketika mengasuh cucu. Apa saja yang perlu dilakukan?


Refleksi Nirina Zubir atas Perkara Mafia Tanah dengan Bekas ART: Mendobrak Tabu Percakapan Aset Orang Tua hingga Mulut Manis Sang Asisten

8 hari lalu

Nirina Zubir mendapatkan kembali sertifikat tanah milik keluarganya yang sempat dikuasai oleh mafia tanah, Selasa, 13 Februari 2024. Foto: Instagram/@nirinazubir_
Refleksi Nirina Zubir atas Perkara Mafia Tanah dengan Bekas ART: Mendobrak Tabu Percakapan Aset Orang Tua hingga Mulut Manis Sang Asisten

Duel aktris Nirina Zubir melawan mafia tanah bekas asisten mendiang ibunya, Riri Khasmita, patut menjadi contoh orang ramai yang menghadapi kasus serupa.


7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

9 hari lalu

Kecanduan judi online bisa membuat hidup berantakan. Ketahui cara menghentikan kejaduan judi online yang efektif berikut ini. Foto: Canva
7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

10 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

10 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.