TEMPO.CO, Jakarta - Bagi kebanyakan orang, musim liburan merupakan waktu menyenangkan sepanjang tahun yang diisi dengan pesta, perayaan, serta pertemuan sosial bersama keluarga dan teman. Namun bagi banyak orang, ini adalah saat penuh kesedihan, refleksi diri, kesepian, serta kecemasan, bahkan bisa berujung depresi.
Dan apa yang membuat seseorang merasa sedih belum tentu berdampak pada orang lain, dikutip dari WebMD ?
Berdasarkan laman sama, orang lain mungkin mengalami kesedihan pasca-liburan setelah Tahun Baru. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ekspektasi dan kekecewaan menumpuk dari tahun sebelumnya, ditambah stres dan kelelahan. Yang mana menyeimbangkan tuntutan belanja, pesta, kewajiban keluarga, dan tamu rumah dapat berkontribusi pada perasaan kewalahan serta meningkatkan ketegangan.
Dirujuk Medical News Today, beberapa orang mengalami depresi selama musim liburan. Meski depresi bisa terjadi kapan saja, beberapa orang mengalami gejala depresi sekitar masa liburan antara November dan Desember. Ini karena musim liburan dapat menyebabkan stres, kesepian, atau keduanya pada beberapa orang, sehingga menimbulkan gejala depresi.
Masa-masa perayaan juga bisa jadi membuat sebagian orang stres. Misalnya seseorang mungkin merasa stres karena hubungan yang sulit dengan anggota keluarga atau penyelenggaraan acara. Sebuah ulasan pada 2016 menunjukkan bahwa stres psikologis bisa berkontribusi terhadap timbulnya depresi.
Sementara beberapa orang mungkin mengalami kesepian ketika hari raya. Misalnya seseorang mungkin mengalami kesepian karena lebih sedikit kontak dengan anggota keluarga atau teman daripada orang lain selama periode perayaan. Studi 2018 menemukan, kesepian memiliki efek moderat terhadap peningkatan gejala depresi. Akan tetapi kesepian juga dapat menjadi gejala depresi.
Tinjauan tersebut dilakukan terhadap 88 penelitian yang mencakup data dari lebih dari 40.000 orang dengan dan tanpa depresi. Sedangkan beberapa orang mungkin mengalami kesulitan keuangan selama liburan karena harus membayar hadiah, perjalanan, atau pengeluaran lainnya. Sebuah ulasan pada 2022 dari 40 penelitian menemukan hubungan antara tekanan finansial dan risiko depresi yang lebih tinggi.
Depresi bisa memengaruhi orang secara berbeda. Itu dapat menyebabkan berbagai gejala yang ringan, sedang atau berat. Contoh gejala tersebut termasuk suasana hati rendah, perasaan putus asa, cepat marah serta gelisah, kehilangan kesenangan dalam hobi dan aktivitas, kelelahan, sakit serta nyeri, sulit tidur, nafsu makan berubah, kesulitan berpikir, bahkan sampai memikirkan tentang bunuh diri atau melukai diri sendiri.
Beberapa orang mungkin mengalami gejala ini terutama selama masa liburan. Namun orang harus mengalami gejala-gejala ini setidaknya selama dua minggu untuk menerima diagnosis depresi. Dan depresi saat liburan bukanlah diagnosis formal tetapi mengacu pada depresi selama masa liburan.
WEB MD | MEDICAL NEWS TODAY
Pilihan editor: Memahami Gejala dan Penyebab Depresi: Mudah Lelah Hingga...