TEMPO.CO, Jakarta - Depresi pasca melahirkan adalah kenyataan yang sering dihadapi oleh banyak ibu setelah menjalani persalinan. Meskipun melahirkan adalah momen kebahagiaan, pengalaman ini dapat memicu berbagai perubahan hormonal, fisik, dan emosional yang mempengaruhi kesejahteraan mental ibu.
Depresi pasca melahirkan termasuk jenis gangguan suasana hati yang muncul setelah seorang wanita melahirkan. Gejala dapat mencakup perasaan sedih yang mendalam, kelelahan yang berlebihan, kesulitan tidur, dan perubahan nafsu makan
Dikutip dari Web MD, beberapa hal yang dapat meningkatkan kemungkinan depresi pascapersalinan yaitu:
- Riwayat depresi sebelum hamil, atau selama kehamilan
- Usia pada saat kehamilan (semakin muda, semakin tinggi kemungkinannya)
- Ambivalensi tentang kehamilan
- Anak (semakin banyak yang dimiliki, semakin besar kemungkinan mengalami depresi di kemudian hari)
- Riwayat keluarga gangguan suasana hati
- Mengalami peristiwa yang sangat menegangkan, seperti kehilangan pekerjaan atau krisis kesehatan
- Memiliki anak dengan kebutuhan khusus atau masalah kesehatan
- Memiliki anak kembar atau kembar tiga
- Memiliki riwayat depresi atau gangguan disforik pramenstruasi (PMDD)
- Dukungan sosial terbatas
- Hidup sendiri
- Konflik perkawinan
Meskipun tidak ada satu pun penyebab depresi pascapersalinan, tetapi masalah fisik dan emosional juga dapat berkontribusi, termasuk:
1. Hormon
Penurunan dramatis estrogen dan progesteron setelah melahirkan dapat berperan dalam depresi pascapersalinan. Hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar tiroid juga dapat turun tajam dan membuat merasa lelah, lamban, dan tertekan.
2. Kurang tidur
Ketika kurang tidur dan kewalahan, seseorang akan mengalami kesulitan menangani banyak hal bahkan masalah kecil.
3. Kecemasan
Depresi pascapersalinan juga muncul akibat keceman tentang kemampuannya untuk merawat bayi yang baru lahir.
4. Citra diri
Seseorang mungkin merasa kurang menarik setelah melahirkan atau merasa bahwa telah kehilangan kendali atas hidupnya sendiri. Setiap masalah ini dapat berkontribusi pada depresi pascapersalinan.
Dilansir dari Healthline, seseorang dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan depresi pascapersalinan dengan:
- Menemukan support system berupa teman dan keluarga sebelum bayi lahir
- Mengambil kelas pendidikan antenatal dan postnatal
- Memiliki pengaturan untuk penitipan anak di tempat sehingga dapat beristirahat
- Mempertahankan diet seimbang dan mencoba berolahraga dan menghirup udara segar setiap hari
- Mendapatkan tidur yang cukup dan istirahat umum
- Mengurangi asupan alkohol atau menghindarinya sama sekali
Pilihan editor: Ayah Juga Bisa Mengalami Baby Blues, Begini Penjelasannya