TEMPO.CO, Jakarta - Anda mungkin termasuk orang yang enggan memakan kuning telur karena termakan isu kandungan kolesterol yang tinggi. Fakta ini memang ada benarnya karena kandungan kolesterol pada telur paling tinggi ada di kuningnya tapi dampak pada kesehatan juga tak terlalu besar.
Kolesterol yang ada pada makanan berbeda dari kolesterol darah yang bisa dijadikan alat ukur kesehatan jantung, menurut Asosiasi Jantung Amerika (AHA). Kolesterol makanan bersumber dari hewani seperti daging berlemak, telur, dan mentega. Sementara kolesterol darah diukur berdasar high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik dan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat. Kadar LDL tinggi inilah yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Kita terbiasa berpikir kolesterol bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular. Tapi ulasan AHA pada 2019 menyangkal hubungan antara kolesterol makanan dengan risiko kardiovaskular. Akan tetapi, ada kaitan antara lemak jenuh dan penyakit jantung.
Sebaiknya dimakan utuh
Petunjuk sebelumnya berdasarkan riset mengenai efek telur menjadi kompleks karena telur terbiasa dikonsumsi bersama makanan tinggi lemak, seperti daging olahan, sosis, dan mentega, menurut AHA. Beberapa penelitian lain menunjukkan rutin makan telur terkait dengan penurunan risiko penyakit jantung, terutama karena zat gizi seperti asam folat dan omega-3.
Saran sekarang justru lebih fleksibel. Makan kuning telur setiap hari aman karena yang tinggi kolesterol makanan tapi tanpa lemak jenuh. Namun, orang dengan kolesterol darah tinggi harus mengurangi asupan kolesterol makanan, kata AHA.
Putih dan kuning telur hampir sama baiknya terkait protein. Kuning telur juga mengandung lutein dan zeaxanthin, dua jenis antioksidan yang baik buat kesehatan mata.
"Idealnya Anda makan telur secara utuh untuk mendapatkan semua manfaatnya," saran pakar diet Abbey Sharp, dikutip dari USA Today.
Pilihan Editor: Cara Memilih dan Menyimpan Telur agar Kualitas Terjaga