TEMPO.CO, Jakarta - Donor darah merupakan tugas mulia, dan digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, seperti kehilangan darah, anemia, dan kanker. Kemarin, 14 Juni banyak warga dunia memperingatinya sebagai Hari Donor Darah Sedunia.
Dalam proses donor darah, biasanya seseorang menyumbangkan darah ke bank darah atau ke organisasi yang mengumpulkan darah untuk transfusi.
Donor darah merupakan tugas penting yang dibutuhkan untuk pasokan darah sehat yang konstan bagi industri perawatan kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam lamannya menyebut peringatan 20 tahun Hari Donor Darah Sedunia.
Donor darah merupakan kesempatan yang sangat baik dan tepat waktu untuk berterima kasih kepada para donor darah di seluruh dunia. Atas sumbangan mereka yang menyelamatkan nyawa selama bertahun-tahun dan menghargai dampak yang mendalam bagi pasien dan donor.
"Ini juga merupakan momen yang tepat untuk mengatasi tantangan yang terus berlanjut dan mempercepat kemajuan menuju masa depan di mana transfusi darah yang aman dapat diakses secara universal," kata WHO dalam tulisannya.
Sejarah Hari Donor Darah Sedunia
Momen bersejarah ini ditetapkan secara resmi sebagai peringatan tahunan pada 2005 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), setelah sebelumnya dideklarasikan oleh para menteri kesehatan di seluruh dunia sebagai wujud gerakan kemanusiaan modern pada medio 2004.
Dilansir dari laman WHO, dalam deklarasi tersebut para menteri kesehatan seluruh dunia bersepakat memilih tanggal 14 Juni karena merupakan hari kelahiran dari Karl Landstenir.
Karl Lendstenir merupakan seorang dokter dan ahli biologi asal Austria yang berhasil menemukan sistem golongan darah manusia A, B, dan O pada tahun 1900. Atas penemuan tersebut Karl mendapat penghargaan Nobel Fisiologi, dan juga mempedomani penemuan-penemuan lainnya termasuk keamanan transfusi darah.
Pemerintah Indonesia juga berpartisipasi memperingati Hari Donor Darah Sedunia melalui ragam kegiatan sosial sebagai wujud gerakan kemanusiaan modern.
Bahkan jauh sebelumnya, Kementerian Kesehatan Indonesia telah membuktikan komitmennya mendukung gerakan kemanusiaan dunia tersebut melalui pendirian Palang Merah Indonesia (PMI) pada tahun 1945.
Dengan semangat kemanusiaan dan bekal perkembangan ilmu pengetahuan itu pula Pemerintah Indonesia mendorong PMI untuk terus bertransformasi menyempurnakan upaya pemenuhan kebutuhan darah bagi masyarakat domestik, ataupun global hingga saat ini.
Berdasarkan standar WHO kebutuhan darah minimal di suatu negara adalah 2 persen dari jumlah penduduk. Di Indonesia dengan populasi sekitar 280 juta jiwa maka kebutuhan darah minimal adalah 5,6 juta kantong per tahun.
Dari kebutuhan minimal tersebut diketahui berdasarkan data Kementerian kesehatan RI pada tahun 2023, jumlah produksi darah dan komponennya secara nasional telah berhasil mencapai 4,1 juta kantong dari 3,4 juta donasi.
Dengan segala sumber daya yang dimiliki saat ini maka, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla mengatakan bahwa tahun ini pihaknya siap mulai mengembangkan pemanfaatan plasma darah.
PMI saat ini setidaknya sudah berhasil mengumpulkan 100.000 liter plasma dari 18 Unit Donor Darah (UDD) yang siap di alih daya produksi ke fasilitas pembuatan obat atau toll-manufacturing untuk mengobati kondisi kronis langka, termasuk gangguan auto imun dan hemofhilia.
Dalam konteks global, pemberian layanan kesehatan keliling yang di dalamnya juga melangsungkan transfusi darah bagi para pengungsi Palestina, di Kamp Khan Younis, Jalur Gaza sejak Februari 2024, menjadi salah satu wujud eksistensi Pemerintah Indonesia melalui PMI dalam menegakkan nilai sosial-kemanusiaan di kancah dunia.
Secara umum PMI menilai salah satu fokus peringatan Hari Donor Darah Sedunia tahun ini yakni meningkatkan peran serta pemerintah untuk berkomitmen dalam mencukupi kebutuhan darah dan produk darah yang aman, berkualitas dan berkelanjutan yang berasal dari 100 persen penyumbangan darah sukarela tanpa bayaran.
ANTARA | RRI
Pilihan editor: Aneka Manfaat Donor Darah Menurut Dokter