Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Senang Hamil Anak Kembar? Tetap Pahami Risikonya

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi anak kembar. shutterstock.com
Ilustrasi anak kembar. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan ibu yang hamil anak kembar akan merasa senang bukan kepalang. Namun sebenarnya, para orang tua yang sedang menunggu kedatangan anak kembar perlu mewaspadai beberapa hal, demi kesehatan ibu dan anak.

Dokter KSM Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUPN Dr. Cipto  Mangunkusumo Damar Prasmusinto, mengatakan terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai ketika seorang ibu sedang memasuki masa kehamilan dengan bayi kembar. “Sangat banyak konsekuensi dan risiko yang dapat terjadi pada ibu dan anaknya, pada mereka yang mengandung hamil kembar,” kata Damar Prasmusinto, dalam diskusi daring di Jakarta, Senin 8 Juli 2024.

Damar menuturkan kehamilan bayi kembar dapat memicu kondisi kesehatan ibu, terutama yang hamil sedang hamil muda, mengalami beberapa kondisi yang tidak nyaman. Misalnya muncul rasa mual yang berlebihan, lemas, mudah lelah sampai tidak sanggup beraktivitas.

Gangguan kesehatan tersebut sering terjadi ketika ibu sedang memasuki masa trimester pertama kehamilan. Risiko selanjutnya adalah ibu berpeluang mengalami preeklamsia, kondisi dimana tekanan darah ibu menjadi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kejang sampai kematian.

“Makanya biasanya begitu diketahui si ibu hamil kembar, dokter akan segera membuat rencana berapa kali harus periksa. Kalau pada kehamilan tunggal bulan depan kontrol, mungkin ini minggu depan harus kontrol,” ujar Damar.

Sedangkan risiko yang mungkin dapat mengenai bayi kembar dalam kandungan adalah lebih cepat mengalami ketuban pecah akibat ruang perut yang harus menampung lebih banyak beban dibanding kehamilan tunggal. “Kalau misalnya bayi berusia delapan bulan, satu bayi beratnya itu dua kilo, berarti kalau ada dua bayi perut ibu harus menahan sebesar empat kilo. Untuk ukuran empat kilo pada satu bayi tunggal, itu hitungannya sudah cukup bulan dan bisa terjadi persalinan,” kata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketuban yang pecah sebelum waktunya juga berisiko menyebabkan bayi kembar lahir dalam kondisi prematur. Hal ini amat berbahaya mengingat dampak buruknya pada kehidupan anak, seperti mengalami gangguan pernapasan akibat paru-paru masih berkembang hingga gangguan pertumbuhan lainnya.

Damar melanjutkan risiko lain yang dapat terjadi yakni bayi terkena celebral palsy yang menyebabkan kemampuan motoriknya jadi terganggu. Ia juga khawatir kedua bayi akan saling berebut makanan di dalam kandungan, sampai salah satu di antaranya mengalami kekurangan gizi dan pertumbuhannya jadi terhambat. “Ini berat untuk kita, pertama pertumbuhan bayi satunya kalau (kurang gizi jadi) kecil, bisa meninggal, tapi di sisi lain kalau kelebihan makanan itu bahaya juga,” ucapnya.

Dengan demikian, sebagai bentuk antisipasi terhadap sejumlah risiko tersebut Damar menyarankan agar ibu dengan kehamilan bayi kembar memperbanyak porsi makannya melalui konsumsi makanan sehat yang mengandung protein hewani, karbohidrat dan mineral agar kebutuhan ketiga pihak tercukupi.

Para ibu diminta untuk tidak abai melakukan kontrol kehamilan ke fasilitas kesehatan supaya setiap perkembangan janin dapat terpantau dengan baik. Apabila ada keluhan selama kehamilan, ia menganjurkan para ibu segera bertemu dengan dokter fetomaternal guna mendapatkan saran yang lebih tepat sesuai dengan hasil pemeriksaan.

Pilihan Editor: Wanita dengan Rahim Ganda Melahirkan Bayi Kembar, Kemungkinannya Hanya Satu dalam Sejuta

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tanda Perkembangan Motorik Anak Terlambat dan yang Harus Dilakukan

20 jam lalu

Ilustrasi bayi sedang bermain. Foto: Unsplash.com/Yuri Shirota
Tanda Perkembangan Motorik Anak Terlambat dan yang Harus Dilakukan

Jika mendapati anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik, segera berkonsultasi ke dokter dan tidak perlu menunggu sampai usianya bertambah.


Jumlah Lansia di Jepang Cetak Rekor Tertinggi, Sepertiga Populasi di Atas 65 Tahun

1 hari lalu

Sejumlah lansia menari saat direkam, di Tokyo, Jepang, 12 April 2021. Grup pemandu sorak atau cheerleader bernama Japan Pom Pom ini tampil beda karena beranggotakan lansia. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Jumlah Lansia di Jepang Cetak Rekor Tertinggi, Sepertiga Populasi di Atas 65 Tahun

Sepertiga dari jumlah populasi di Jepang adalah lansia berumur di atas 65 tahun. Orang muda mulai ogah punya anak.


Psikolog Minta Media Sosial Digunakan untuk Informasi Positif

4 hari lalu

Ilustrasi anak perempuan dan laki-laki melihat telepon pintar. (Unsplash/Tim Gouw)
Psikolog Minta Media Sosial Digunakan untuk Informasi Positif

Psikolog menyarankan media sosial sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang menimbulkan dampak positif dan bukan konten negatif.


Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja

5 hari lalu

Ilustrasi remaja (pixabay.com)
Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja

Waktu bermain bukan saat anak memegang gawai melainkan berinteraksi dengan teman-teman sebaya dan hal ini harus jadi perhatian orang tua.


Psikolog Minta Orang Tua Bekali Anak dengan Panduan Gunakan Media Sosial

5 hari lalu

Ilustrasi anak-anak yang sedang membuka media sosial atau sosmed (Foto: Pexels)
Psikolog Minta Orang Tua Bekali Anak dengan Panduan Gunakan Media Sosial

Paparan konten negatif di media sosial bisa menimbulkan gangguan perkembangan sosial pada anak yang belum matang secara emosional.


Pemicu Remaja Terpengaruh Hal Negatif, Media Sosial dan Kurang Percaya Diri

6 hari lalu

Ilustrasi remaja perempuan sedang melihat gawai. (Unsplash/Luke Porter)
Pemicu Remaja Terpengaruh Hal Negatif, Media Sosial dan Kurang Percaya Diri

Pengaruh media sosial merupakan pemicu remaja rentan terpengaruh hal buruk, selain karena korban pola asuh yang kurang maksimal.


Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

6 hari lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

Psikolog mengatakan persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja, ini alasannya.


Saran Psikolog agar Anak Aman Gunakan Gawai

20 hari lalu

Ilustrasi anak main ponsel pintar. (Shutterstock.com)
Saran Psikolog agar Anak Aman Gunakan Gawai

Psikolog menyarankan orang tua memakai aplikasi yang aman untuk mengontrol penggunaan gawai pada anak.


Cegah Pernikahan Dini, Orang Tua Bisa Mulai Ajarkan Tanggung Jawab dan Komitmen

22 hari lalu

Ilustrasi pesta pernikahan. Pexel/Kha Ruxury
Cegah Pernikahan Dini, Orang Tua Bisa Mulai Ajarkan Tanggung Jawab dan Komitmen

Simak peran penting keluarga dalam mencegah pernikahan dini.


Lebih dari 16.400 Anak Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober

29 hari lalu

Seorang bayi Palestina yang kekurangan gizi menerima perawatan di rumah sakit lapangan Korps Medis Internasional, di tengah konflik Israel-Hamas, di Deir Al-Balah di selatan Jalur Gaza, 22 Juni 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Lebih dari 16.400 Anak Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober

Setidaknya 115 bayi Palestina turut menjadi korban tewas, kata kantor media pemerintah Gaza