Teman Autis mengadakan seminar daring (webinar) dan Instagram Live sejak 2021-2022 minimal satu bulan sekali. Adapun salah satunya program Tanya Jawab tentang Autis (TAWA) untuk informasi dasar autisme, tes deteksi dini, tempat terapi, dan sekolah. Teman Autis mencatat, setidaknya sudah 2.400 menit seminar daring dan Instagram Live edukasi autisme.
Sebelum pandemi Covid-19, kegiatan komunitas ini antara lain Car Free Day Fun Walk (2017), Autism 101 Workshop (2018). “Setelah pandemi Covid, sekarang para orang tua ingin ketemuan. Kalau online (Instagram Live) tidak bisa untuk pembelajaran yang durasinya panjang,” kata Ratih.
Ia menambahkan, Teman Autis mengupayakan agar bisa menyelenggarakan seminar dalam satu tahun minimal tiga kali. “Pertemuan di area berbeda-beda, kayak roadshow.”
Ratih Hadiwinoto dalam kegiatan yang diadakan Teman Autis. Istimewa
Ratih menuturkan, sejak terbentuk sampai sekarang, Teman Autis disokong oleh penggalangan dana atau fundraising. Pada 2018, komunitas ini menyelenggarakan lelang lukisan karya anak-anak autis. Beberapa seminar, kata Ratih, ada juga yang mendapat sokongan sponsor. Sampai sekarang Ratih bersama timnya berusaha menjaga kesinambungan melalui media sosial dan situs web.
“Orang tua cukup aktif lewat Instagram,” katanya. Saat ini, tim Teman Autis berjumlah delapan orang. “Kami memang enggak bisa selalu 24 jam, kadang-kadang ada DM Instagram yang lambat dibalasnya,” tuturnya.
Teman Autis dijalankan dengan tim yang mau bersedia untuk nonprofit dan memfokuskan minat untuk menjalankan komunitas ini. “Tim kami enggak ada yang full time, karena punya pekerjaan masing-masing,” katanya. “Kami tidak bergaji dari Teman Autis.”
Teman Autis juga bekerja sama dengan komunitas-komunitas parenting umum. Hal ini diperlukan sebagai jembatan untuk klinik-klinik yang memiliki psikolog.
Mengenali Autisme
Ratih teringat ketika ia merintis terbentuknya Teman Autis, ia menemukan banyak hal mengenai berbagai tipe autisme, bahkan juga remaja hingga orang dewasa. Ratih pernah bertemu orang dewasa autis yang usianya 40 tahun. Waktu masih kecil, orang tuanya belum mengetahui kondisi autis anaknya. Sampai umur 9 tahun dia enggan berbicara, orang tuanya sempat cemas dengan kondisi anaknya. Namun, ternyata anaknya suka menghafal nomor plat kendaraan bermotor. Ia mulai lancar berbicara setelah rutin belajar matematika.
“Ternyata, dia menyukai sesuatu yang berpola. Saat dewasa, dia jago mengidentifikasi masalah dan membuat review laporan keuangan,” kata Ratih. Kelak, keahlian ini yang menjadi bidang profesi anak autis tersebut saat dewasa.
Ada juga anak autis yang tak terlalu kelihatan minatnya, namun menunjukkan kebiasaan yang rutin dan tidak menyukai kerumitan. Ini juga bisa menjadi suatu tanda potensi berkembang minatnya. “Saat dewasa kerja laundry, karena pekerjaan yang seperti itu diulang-ulang terus melipat pakaian, bukan hal yang complicated.”
Perkembangan anak autis tak bisa semua disamakan. Peran orang tua sangat penting untuk mendampingi agar tepat kebutuhan anaknya. Itu sebabnya, dalam website Teman Autis menyediakan laman untuk cek deteksi autisme yang menghubungkan orang tua dengan ahlinya. Setelah itu mereka bisa saling berbagi informasi dengan orang tua lainnya.
“Nah, terapi itu bentuk intervensi dini (untuk memahami tipe autis anaknya),” ucap Ratih.
Pengalaman Ratih, selama ini, yang terpenting bagi anak autis, yakni orang tua memantau potensi berkembangnya. Sebagian di antaranya ada juga yang bisa menempuh pendidikan sampai lulus sarjana. Tetapi, ada pula yang bisa makin berkembang, misalnya dengan kegiatan melukis dan olahraga. “Ada anak autis yang lukisannya sudah dipamerkan di luar negeri. Orang tua harus melihat bakat anaknya, itulah pentingnya bertemu ahli,” katanya.
Pilihan Editor: Prihatin Marak Anak Kecanduan Gadget, Achmaf Irfandi Dirikan Kampung Lali Gadget