TEMPO.CO, Jakarta - Anda pasti sudah tahu betul manfaat dari banyak makan buah. Namun, tahukah Anda bahwa banyak mengonsumsi buah-buahan bisa membantu mengurangi depresi bagi orang setengah baya?
Dikutip dari CNA, suatu penelitian selama 20 tahun terhadap 13.000 warga Singapura menunjukkan bahwa banyak mengonsumsi buah-buahan dapat mengurangi risiko depresi bagi usia 40 hingga 65 tahun.
Profesor Koh Woon Puay dari Healthy Longevity Translational Research Programme di NUS Yong Loo Lin School of Medicine sebagai peneliti utama menyebut peserta yang mengonsumsi setidaknya tiga porsi buah sehari, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari satu porsi sehari, mampu mengurangi kemungkinan depresi terkait penuaan secara signifikan setidaknya hingga 21 persen.
“Hal ini dapat dicapai dengan mengonsumsi satu hingga dua porsi buah setelah setiap kali makan,” kata Profesor Koh Woon Puay.
Hasil penelitian pada total 14 buah yang umum dikonsumsi di Singapura, diterbitkan dalam edisi bulan Juni dari The Journal Of Nutrition, Health And Aging. Ditemukan bahwa buah-buahan yang dikaitkan dengan penurunan kemungkinan depresi adalah jeruk, jeruk keprok, pisang, pepaya, semangka, apel, dan melon.
Penelitian tersebut menunjukkan makan lebih banyak sayuran tampaknya tidak memberikan manfaat apa pun dalam mengurangi risiko depresi setelah mengamati total 25 sayuran, termasuk bayam, brokoli, selada air, wortel, tomat, dan jamur shiitake. Prof Koh menyebut Meskipun penelitian lain juga telah meneliti hubungan antara buah dan sayur dengan risiko depresi, terdapat ketidakkonsistenan dalam hasil penelitian, dan banyak di antaranya dilakukan pada populasi barat.
"Sejauh pengetahuan kami, penelitian kami merupakan penelitian berbasis populasi terbesar pada populasi Asia yang mempelajari hubungan ini,” klaim Prof Koh.
Kelompok yang diteliti diambil dari 63.257 warga Tionghoa di Singapura, yang awalnya berpartisipasi dalam Studi Kesehatan Tionghoa Singapura dari tahun 1993 hingga 1998. Alasan dibuatnya profil ras tertentu adalah untuk menyelidiki kanker yang jauh lebih umum di kalangan warga Tionghoa dibandingkan ras lain di Singapura.
"Meskipun kami hanya merekrut orang Tionghoa dalam kelompok ini, kami tidak memiliki alasan biologis untuk berpikir bahwa faktor risiko yang kami temukan terkait dengan hasil tersebut seharusnya hanya berlaku untuk orang Tionghoa," kata Prof. Koh.
CNA LIFESTYLE
Pilihan editor: Ketahui 7 Manfaat Banyak Makan Buah Buat Kesehatan