TEMPO.CO, Jakarta - Buah pinang, meskipun memiliki sejarah panjang dalam tradisi budaya di berbagai negara, ternyata membawa risiko kesehatan yang serius jika dikonsumsi secara tidak bijak. Berikut adalah berbagai bahaya kesehatan yang terkait dengan penggunaan buah pinang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dikutip dari Web MD, pinang dianggap tidak aman bila dikonsumsi dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi. Konsumsi buah pinang telah dikaitkan dengan berbagai jenis kanker, karena bahan kimia yang terkandung di dalamnya diketahui bersifat toksik. Bahkan, mengonsumsi pinang dalam jumlah besar, sekitar 8 hingga 30 gram, dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
Mengunyah buah pinang juga dapat menimbulkan berbagai efek samping, seperti perubahan warna pada mulut, bibir, dan tinja menjadi merah. Selain itu, pinang memiliki efek stimulan yang mirip dengan kafein dan tembakau, namun dengan risiko yang jauh lebih parah, termasuk muntah, diare, masalah gusi, peningkatan produksi air liur, penyakit ginjal, hati, dan jantung, serta risiko serangan jantung, koma, hingga kematian.
Pinang memiliki potensi memperburuk kondisi kesehatan tertentu, sehingga sangat disarankan untuk menghindarinya jika memiliki salah satu dari kondisi berikut:
- Kehamilan dan Menyusui: Konsumsi pinang selama kehamilan atau menyusui kemungkinan tidak aman karena dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan masuk ke dalam air susu ibu (ASI), membahayakan janin atau bayi.
- Asma: Pinang dapat memperburuk gejala asma dan meningkatkan sekresi cairan di paru-paru.
- Denyut Jantung Lambat (Bradikardia): Pinang dapat memperlambat detak jantung, yang berisiko bagi orang dengan kondisi ini.
- Penyakit Jantung: Pinang meningkatkan risiko serangan jantung bagi penderita penyakit jantung.
- Penyumbatan Saluran Pencernaan: Pinang dapat menyebabkan kongesti usus, memperburuk kondisi ini.
- Tukak Lambung: Peningkatan sekresi di lambung dan usus yang dipicu oleh pinang dapat memperburuk tukak lambung.
- Kondisi Paru-paru: Pinang dapat memperburuk kondisi paru-paru seperti emfisema.
Dilansir dari Healthline, penelitian lain juga menunjukkan bahwa pinang dikategorikan sebagai karsinogen oleh World Health Organization (WHO). Konsumsi buah pinang secara teratur meningkatkan risiko kanker mulut dan esofagus. Kondisi yang tidak dapat disembuhkan seperti fibrosis submukosa oral, yang menyebabkan kekakuan mulut dan hilangnya gerakan rahang, juga dapat terjadi akibat mengunyah pinang.
Penelitian yang diterbitkan dalam American Society for Clinical Nutrition menemukan hubungan kuat antara konsumsi pinang dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, dan obesitas. Pinang juga dapat berinteraksi dengan obat lain atau suplemen herbal, menyebabkan reaksi toksik dalam tubuh atau mengurangi efektivitas obat.
Organisasi kesehatan dan pemerintah di berbagai negara telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya buah pinang. Contohnya, Taiwan mendeklarasikan "Hari Pencegahan Pinang" untuk meningkatkan kesadaran publik, sementara WHO merilis rencana aksi untuk mengurangi penggunaan pinang di wilayah Pasifik Barat.
Pilihan editor: 8 Gejala Penyakit Jantung yang Terasa Saat Cuaca Panas