TEMPO.CO, Jakarta - Gerimis dan alunan musik syahdu menemani pengunjung Kiputih Satu Bake & Dine di Ciumbuleuit, Bandung, Kamis lalu. Berbeda dengan kebanyakan tempat kongko, musik yang diputar di bangunan kuno berhalaman jembar itu bersumber dari piringan hitam alias vinyl—mengacu pada material pembuatnya.
Sakrya Adiguna, 32 tahun, yang akrab disapa Adit, memutarnya untuk memanjakan gendang telinga tamu-tamu kafenya. Di tempat itu, toko Keep Keep Musik menjual enam ribu keping piringan hitam dari ukuran diameter 7, 10, hingga 12 inci. “Ini usaha bersama yang menyandingkan toko rekaman dengan toko kue dan masakan,” kata dia. Bermitra dengan tiga rekannya, Adit membuka toko ini pada November 2016.
Beberapa dari tamu Kiputih terlihat menikmati hidangan, lalu membeli piringan hitam. Ada pula yang semata-mata datang untuk membeli piringan. Salah satunya, Muhammad Asyraf, 25 tahun. Ia mengatakan kerap mencari album musik jenis elektronik dalam bentuk piringan hitam.
Asyraf menyukai piringan hitam sejak pertengahan 2016. Motivasinya adalah ingin memiliki fisik rekaman sekaligus mengapresiasi artis lebih dalam. Motivasi lainnya adalah hobi barunya sebagai disc jockey.
“Koleksi album vinyl saya sekarang ada 135 buah, campur-campur, tapi kebanyakan musik elektronik,” kata alumnus Jurusan Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran itu. Di luar musik elektronik dia juga mencintai musik jazz, funk, dan soul.
Asyraf mengatakan, kualitas suara yang mengalun dari piringan hitam lebih memuaskan ketimbang kaset dan cakram kompak. “Rentang bunyi suara musiknya juga lebih lebar,” kata dia. Asyraf juga sering memakai piringan hitam koleksinya jika bertugas sebagai disc jockey di acara pembukaan toko atau tempat makanan. Alasan lainnya adalah Ray tertarik pada kemolekan sampul album piringan hitam.
Harga piringan hitam milik Asyraf terentang dari Rp 50 ribu hingga Rp 1,2 juta per album. Album termahal yang dimilikinya adalah karya Frank Ocean. Selain ke toko Keep Keep Musik, ia mencari album ke tiga tempat lainnya di Bandung. Saban bulan ia menargetkan menambah lima judul album.
Selanjutnya: Berburu Tiap Pekan