TEMPO.CO, Jakarta - Tak ada pasiennya yang berhalusinasi setelah mengkonsumsi obat penenang benzodiazepine, begitu disebutkan Psikiater Klinik Psikosomatik Omni Hospitals, Alam Sutera, dr. Andri, Sp.KJ, FAPM dalam video yang diunggahnya di Youtube belum lama ini.
Andri menduga halusinasi yang berupa bisikan dialami seseorang setelah minum obat ini, sudah ada sebelum si pasien mengkonsumsi benzodiazepine. “Mungkin bisikan itu sudah ada sejak sebelum obat itu diberikan,” katanya dalam video yang disampaikannya.
Sebelumnya, 9 November lalu masyarakat dihebohkan dengan aksi pembunuhan oleh Ryan Helmi (41) kepada istrinya, Letty Sultri (46). Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai dokter ini sempat beradu argumen sebelum kejadian mengenaskan itu terjadi. Baca: Menang Miss International 2017, Ridwan Bangga pada Mojang Bandung
Helmi menyerahkan diri kepada pihak berwajib dua jam setelah beraksi. Sambil menyerahkan dua pistol ia mengakui perbuatannya. Kepada polisi, Helmi menceritakan banyak hal terkait hubungannya dengan Letty, pekerjaan, dan tekanan mental yang dialaminya. Ia mengaku mengidap depresi sejak digugat cerai pada Juli 2017. Hal itu yang membuatnya mengkonsumsi obat penenang benzodiazepine. Kepada polisi, Helmi pun mengatakan ada bisikan untuk membunuh istrinya.
Andri mengatakan penggunaan benzodiazepine banyak dilakukan oleh para pasien. Obat jenis ini tidak hanya digunakan oleh para psikiater, namun juga dokter umum dan spesialis lain sebagai obat penenang. “Obat ini fungsinya untuk menangani gangguan kecemasan dan gangguan tidur,” katanya.
Baca Juga:
Benzodiazepine bekerja dengan cara menekan saraf pusat, atau sistem saraf di otak demi menghasilkan efek tenang dan mengantuk. Menurutnya, banyak pasien yang mengkonsumsi obat ini dalam jangka waktu lama sebagai obat anti depresi. “Obat ini boleh digunakan jangka waktu lama, asal dosisnya tepat, dibeli berdasar resep dokter dan dalam pengawasan dokter,”katanya. Baca: Dokter Letty Ditembak, Ayu Laksmi: The Real Horor
Sayang, obat ini pun sering digunakan orang tanpa aturan yang tepat. Ada pasien yang tidak menakar dosisnya sehingga mengkonsumsinya secara berlebihan. “Kalau dosis tinggi, akibatnya bagi pemakai itu bisa giting, atau high. Biasanya itu dilakukan bagi orang yang berniat menyalah gunakannya, efek terapi penenang pun sudah tidak berguna lagi,” kata Andri.