Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penembakan di YouTube Terkait Kesehatan Mental? Ini kata Ahli

image-gnews
Ilustrasi penembakan. dentistry.co.uk
Ilustrasi penembakan. dentistry.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Benarkah kesehatan mental ada kaitannya dengan peristiwa penembakan di kantor pusat Youtube di California pada 3 April 2018 lalu? Tiga orang diberitakan mengalami luka serius akibat peristiwa tersebut. Diketahui, pelaku penembakan adalah seorang wanita bernama Nasim Aghdam, seorang aktivis yang memprotes pelarangan beredarnya konten video miliknya di YouTube.

Banyak yang menganggap pelaku penembakan massal adalah orang-orang dengan penyakit mental yang serius. Bahkan stigma orang dengan penyakit mental atau telah terdiagnosis psikiatri dianggap wajar atas perilakunya.

Baca juga:
5 Fakta Nasim Aghdam, Pelaku Penembakan di Kantor YouTube
Festival Ceng Beng, Apa Saja yang Harus Dibawa?

Dikutip dari buku Gun Violence and Mental Illness yang diterbitkan Asosiasi Psikiatri Amerika pada 2016, dari seluruh pembunuhan yang terjadi terkait dengan senjata tiap tahun, kasus penembakan massal oleh orang-orang dengan penyakit mental serius mewakili kurang dari 1 persen. Sebaliknya, kematian akibat bunuh diri menggunakan senjata api justru mewakili persentase yang lebih besar.

Presiden Asosiasi Psikolog Amerika Jessica Henderson Daniel juga angkat bicara mengenai stigma masyarakat yang menyalahkan penembakan massal kepada seseorang dengan penyakit mental.

"Sementara penegak hukum masih menyatukan motif penembak, beberapa tokoh publik dan laporan berita justru berfokus pada kesehatan mentalnya," kata Daniel dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari TIME.

"Penting untuk diingat bahwa hanya sebagian kecil dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang terdiagnosis atau berada dalam perawatan penyakit mental."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Daniel, peristiwa-peristiwa penembakan di Amerika Serikat membentuk stereotip bahwa pelaku memiliki gangguan kesehatan mental. Hal ini bisa mengakibatkan penyederhanaan pemikiran mengenai masalah kekerasan massal yang sesungguhnya. Dia menuturkan, "Lebih penting lagi, hal itu tidak mengarahkan kita kepada solusi yang tepat terkait dengan krisis kesehatan mental ini."

Baca: Heboh Dokter Terawan, Ini Fakta tentang Heparin

Dilaporkan New York Times, pakar kekerasan bersenjata mengatakan melarang penjualan senjata kepada orang-orang yang dianggap berbahaya oleh ahli kesehatan mental dapat membantu mencegah penembakan massal. Namun beberapa langkah lebih lanjut, seperti pelarangan penjualan senjata, juga akan membuat pencegahan peristiwa penembakan massal lebih efektif.

Seorang profesor psikologi dan hukum di University of Virginia, John T. Monahan, mengungkapkan dua hal yang umumnya terjadi setelah peristiwa penembakan massal. Pertama, politikus mengklaim penyakit mental adalah penyebab utama kekerasan. Kemudian para pendukung orang-orang dengan penyakit mental akan menyangkal keterkaitan hubungan apa pun antara penyakit mental dan kekerasan.

Menurut Monahan, pernyataan kedua kelompok itu salah. “Penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kesehatan mental dan kekerasan tidak kuat, tetapi hal tersebut tetap ada,” ucapnya.

PSYCHIATRY ONLINE | NYTIMES | TIMES

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kembali Aktif Ngonten di Akun YouTube Pribadinya, Apa Saja yang Dibicarakan Ahok?

10 jam lalu

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memberikan keterangan kepada awak usai menghadiri deklarasi Ahokers untuk calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Deklarasi itu dilaksanakan di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar-Mahfud TKRPP, Jl Diponegoro 72, Jakarta Pusat, pada Ahad, 4 Februari 2024.  Tempo/ Adil Al Hasan
Kembali Aktif Ngonten di Akun YouTube Pribadinya, Apa Saja yang Dibicarakan Ahok?

Ahok kembali aktif di akun YouTube pribadinya dengan membuat konten yang membahas permasalah di Jakarta hingga sosok pemimpin yang ideal.


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

2 hari lalu

Ilustrasi cewek pakai payung saat jalan di bawah matahari terik. shutterstock.com
Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

Penelitian menyebut cuaca panas ekstrem dapat berdampak besar pada kesehatan mental. Berikut berbagai dampaknya.


Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

2 hari lalu

Kampus Telkom University di Bandung, Jawa Barat. (Dok.Tel-U)
Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.


Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

2 hari lalu

Ilustrasi anak kecil pacaran. huffpost.com
Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

3 hari lalu

Ilustrasi wanita sedih. Shutterstock
Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.


Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

5 hari lalu

Tersangka perampasan ponsel Yusuf Arifin dibawa ke Satreskrim Polres Metro Depok, Selasa, 1 Mei 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

Bapak satu anak itu nekat merampas ponsel siswi SMP di Depok itu hingga korban jatuh dan terseret, setelah gagal transaksi HP secara COD.


Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

6 hari lalu

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.