TEMPO.CO, Jakarta - Tahukah Anda, survei indeks kesehatan hidup dari AIA tahun ini mengungkap fakta bahwa 87 persen masyarakat Indonesia mencemaskan biaya pengobatan penyakit kritis. Pertanyaan yang kemudian muncul, apa yang disebut penyakit kritis. Penyakit kritis merupakan penyakit tidak menular yang membahayakan jiwa dengan biaya pengobatan tidak sedikit. Survei ini menyebut setidaknya ada 3 penyakit kritis yang berdampak pada kondisi finansial pasien dan keluarga.
Baca: Penyakit Jantung Ancam Usia Muda, Cek Tips Mencegahnya dari Ahli
"Berdasarkan hasil survei kami, ketiga penyakit itu yakni kanker (53 persen), penyakit jantung (47 persen), dan diabetes (31 persen). Untuk pengobatan penyakit kanker misalnya, 31 persen responden menyatakan mereka membayar memakai uang tabungan dan 28 persen mengandalkan asuransi," terang Chief Marketing Officer AIA Financial, Lim Chet Ming, Kamis 11 Oktober 2018.
Menyadari lonjakan jumlah kasus penyakit kritis, asuransi Prima dari AIA menawarkan sejumlah manfaat bagi nasabah. Di antaranya 100 persen uang pertanggungan jika pasien meninggal, manfaat meninggal akibat kecelakaan sebesar 200 persen uang pertanggungan, penyakit kritis minor sebesar 100 persen, tindakan bedah angioplasti sebesar 25 persen (maksimal 250 juta rupiah), dan manfaat akhir polis 100 persen uang pertanggungan.
Baca: Pengidap Penyakit Kronis Bisa Menarik Orang untuk Bunuh Diri?
Direktur BCA, Suwignyo Budiman, menyambut baik peluncuran asuransi Prima. Menurutnya, memiliki jiwa dan raga yang sehat merupakan dambaan semua orang. "Meski demikian, gangguan kesehatan memang tidak bisa diprediksi. BCA dan AIA mengambil langkah preventif dengan menawarkan solusi proteksi jiwa dan penyakit kritis yang saat ini semakin mahal biayanya."