TEMPO.CO, Jakarta - Umat Islam di seluruh dunia akan menjalankan ibadah puasa pada Ramadan yang tak lama lagi datang. Pasien diabetes termasuk di antaranya. Meski diperbolehkan, pasien diabetes harus mewaspadai terjadinya hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah di bawah normal yakni 70 mg/dL.
Baca: Pasien Diabetes Boleh Berbuka Puasa dengan yang Manis?
Hipoglikemia dapat membahayakan pasien karena bisa memicu serangan jantung yang berujung kematian. "Hipoglikemia paling sering terjadi pada penderita diabetes yang diobati dengan obat. Kejadian hipoglikemia lebih besar saat puasa dibandingkan saat bulan tidak puasa," kata ahli endokrinologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD di Jakarta, Jumat, 26 April 219.
Hal itu merujuk pada studi The Epidemiology of Diabetes and Ramadan (EPIDIAR) pada 2001 yang melibatkan 13 negara dengan populasi muslim besar termasuk Indonesia, Pakistan dan Mesir. Studi itu melibatkan 12.914 orang partisipan.
Suatika menjelaskan, insiden hipoglikemia meningkat pada penyandang diabetes tipe dua karena mereka mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh turun secara drastis.
"Oleh karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien diabetes melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisasi risiko hipoglikemia," kata dia.
"Pertahankan kadar glukosa darah dalam keadaan aman mendekati kadar normal. Kurangi karbohidrat sederhana," ujarnya menambahkan.
Seseorang yang mengalami hipoglikemia biasanya mengalami sejumlah gejala antara lain jantung berdebar, gemetar, haus, keringat dingin, lemas dan kelaparan.
Baca: Gaya Hidup Serba Cepat Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes
ANTARA