TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 10 Oktober adalah peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia. Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Zahrah Nabila mengatakan, ini menjadi momentum supaya setiap orang menyadari bahwa kesehatan fisik dan kesehatan mental adalah satu kesatuan yang utuh dalam diri.
"Perlakukan keduanya dengan adil dan penuh kasih, termasuk jika salah satunya mengalami masalah atau tak mampu lagi mengatasinya sendiri," kata Zahrah seperti dikutip dari Antara, Ahad 10 Oktober 2021. Dengan banyaknya informasi di dunia maya tentang kesehatan mental yang berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat tentang semua itu, Zahrah mengingatkan ada hal-hal yang tetap harus diwaspadai.
Yang perlu diwaspadai, menurut Zahrah, jangan mendiagnosis kondisi diri atau melakukan diagnosis mandiri dengan informasi umum yang tersedia di internet. "Yang perlu diperhatikan adalah dalam proses mengenali serta memahami apa yang sedang terhadi dalam diri, ada jebakan diagnosis diri karena seolah sudah mampu memahami sendiri kondisi diri berdasarkan informasi yang ada," katanya.
Informasi yang berseliweran di dunia maya itu, Zahrah melanjutkan, belum cukup untuk menetapkan diagnosis tertentu pada kondisi kesehatan jiwa seseorang. "Bijaklah dalam mencerna informasi dan izinkan tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater yang punya kapabilitas, menentukan diagnosis," ujarnya.
Zahrah yang praktik di Amazing Point of Balance menyarankan, tidak bergantung pada diagnosis tertentu. Musababnya, satu diagnosis yang ada akan terus menempel pada orang tersebut, dan akhirnya terasa memberatkan. Apabila seseorang merasakan sesuatu yang "salah" atau perlu dikonfirmasi pada diri, dia menyarankan, berkonsultasi kepada tenaga profesional.
Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati hari ini, membuka kesempatan orang untuk bicara tentang kesehatan jiwa secara umum, bagaimana cara menjaganya, dan pentingnya membicarakan berbagai hal, hingga mendapatkan bantuan profesional. Terlebih pandemi Covid-19 yang telah mengubah segala sendi kehidupan tentu mempengaruhi kesehatan mental banyak orang, di antaranya tenaga kesehatan, pelajar, pekerja, orang yang tinggal sendiri, dan banyak lagi.