Jumlah lansia di Indonesia diprediksi akan terus meningkat menjadi sekitar 20 persen pada tahun 2040, selanjutnya pada tahun 2050 jumlah lanjut usia diprediksi mencapai 74 juta atau sekitar 25 persen dari total penduduk. Artinya risiko meningkatnya AMD di Indonesia juga tinggi. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat M. Sidik mengingatkan bahwa AMD merupakan salah satu penyakit mata yang perlu mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Oleh sebab itu, dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/ WSD) 2021, ia ingin mengingatkan akan pentingnya kesehatan mata, yang berdampak pada pendidikan, pekerjaan, kualitas hidup, hingga kemiskinan. "Saya mewakili seluruh dokter mata di Indonesia dalam PERDAMI, mengajak para pemangku kepentingan (stakeholders): pemerintah, perusahaan, institusi dan individu, untuk secara aktif mendukung akses kesehatan mata yang universal. Perlu dipastikan bahwa semua orang mendapatkan akses layanan mata tanpa pengecualian (“everyone counts”), termasuk populasi lanjut usia (lansia),” katanya.
Gangguan penglihatan dan kebutaan akibat AMD sangat menurunkan kualitas hidup lansia, yang sebetulnya perlu tetap aktif dan berkontribusi dalam masyarakat. “Gangguan terjadi secara perlahan dan progresif, sehingga memerlukan pemantauan ketat, serta kontrol dokter dan pengobatan berkala. Walaupun situasi pandemi Covid-19 memang menyulitkan, kami menghimbau agar pasien AMD khususnya, tetap memiliki semangat dan tidak takut untuk ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan sehingga tidak terjadi kondisi penglihatan yang memburuk,” kata Sidik.
Head of Medical Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia Dewi Muliatin Santoso/Bayer
Head of Medical Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia Dewi Muliatin Santoso menambahkan bahwa Bayer mendukung upaya yang dilakukan oleh PERDAMI dalam meningkatkan kepedulian terhadap AMD. "Sejalan dengan visi Bayer: Health for All, Hunger for None, kami berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien dan keluarganya melalui penelitian dan pengembangan inovasi pengobatan untuk penyakit, termasuk penyakit Degenarasi Makula terkait Usia tipe basah (wet AMD)," katanya.
Dewi yakin kolaborasi dengan PERDAMI untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien dan keluarganya merupakan langkah penting dalam menangani penyakit AMD, yang memengaruhi kehidupan dari segala lini, seperti kualitas hidup hingga beban ekonomi masyarakat.
Gita mengatakan saat ini kondisi penyakit AMD pada pasien Emil Salim cukup terkontrol. "Penyakitnya stabil. Tidak ada tambahan titik dalam penglihatannya karena Pak Emil sudah mengikuti proses penyuntikan berkala," kata Gita. Walau dianggap stabil, Emil Salim tidak boleh berhenti kontrol minimal 3 bulan sekali. "Kalau kontrol 6 bulan sekali saja saya sudah was-was (penyakit AMDnya kambuh)," kata Gita.
Emil Salim yang sudah menginjak usia 91 tahun, mengingatkan bahwa tindakan pencegahan sebenarnya ada di tangan pasien masing-masing. Ia pun mengajak agar pasien dengan AMD percaya pada saran dan perintah dokter. "Trust the doctor, kalau disuntik, ya ikuti. Karena dia ahlinya. Juga harus disiplin periksa, periksa. Penyakit bisa dihindari, dengan pengecekan berkala," kata Emil Salim.
Edwin setuju dengan Emil Salim. Edwin mengatakan saat ini penglihatannya sudah lebih baik. "Penting tetap rutin lakukan pemeriksaan dan perawatan. Apapun kata dokter harus dijalankan. Saran dokter harus disuntik ya suntik, kalau operasi ya operasi," kata Edwin.
Baca: Selain Wortel, 6 Makanan Ini Juga Bermanfaat untuk Kesehatan Mata