Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lansia Perlu Lebih Waspada pada Penyakit AMD di Mata, Lakukan Deteksi Dini

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
ilustrasi lansia (pixabay.com)
ilustrasi lansia (pixabay.com)
Iklan

Beberapa gejala AMD mirip disebutkan oleh kedua pasien Gita itu. Namun kata Gita, biasanya gejala AMD basah diawali seperti gejala pada AMD kering. "Namun pada awalnya berkembang bertahap tanpa rasa sakit. Semakin lama, perkembangannya akan semakin tiba-tiba dan cepat memburuk," kata Gita.

Biasanya pasien dengan AMD akan mengalami beberapa gejala, seperti distorsi visual artinya seperti garis lurus yang tampak bengkok. Mereka pun akan mengalami pengurangan penglihatan sentral pada satu atau kedua mata. Lalu pasien pun akan membutuhkan cahaya yang lebih terang saat membaca atau melakukan pekerjaan jarak dekat. Kemudian, pasien akan mengalami kesulitan saat beradaptasi dengan tingkat cahaya rendah, seperti memasuki restoran yang remang-remang.

Pasien juga akan mengalami kesulitan membaca kata-kata yang tercetak. Ada pula gejala penurunan melihat kecerahan warna. Lalu pasien juga akan semakin sulit mengenali wajah. Akan ada pula titik buram atau titik buta yang jelas dalam penglihatan. Lalu ada metamorphopsia, di mana garis lurus tampak bengkok atau bergelombang. Ciri lainnya adalah ada titik buta pada penglihatan sentral (central scotoma) yang akan terus membesar tanpa pengobatan yang tepat.

Dokter Spesialis Mata Konsultan RSCM, Gitalisa Andayani/Bayer

Gita menjelaskan pada AMD kering biasanya tidak mengakibatkan kehilangan penglihatan total, biasanya perawatannya dibantu dengan dukungan dan adaptasi gaya hidup dapat mempermudah mengatasi kehilangan penglihatan dan memaksimalkan penglihatan yang tersisa seperti menggunakan lensa pembantu. Namun bagi pasien AMD basah perlu lebih diperhatikan pengobatannya. AMD basah berpotensi mengalami komplikasi hingga kebutaan jika tidak ditangani dengan tepat.

"Salah satu yang menjadi kunci pengobatan adalah obat anti-VEGF. Pengobatan AMD eksudatif melibatkan pemberian agen anti-VEGF, seperti Aflibercept dan Ranibizumab, yang merupakan pilihan pengobatan yang efektif untuk pasien dengan AMD eksudatif," kata Gita.

Anti-vascular endothelial growth factor medication (Anti-VEGF) adalah bahan kimia yang berkontribusi pada pembentukan pembuluh darah baru di mata orang dengan yang mengalami wet AMD. Obat anti-VEGF memblokir bahan kimia ini sehingga tidak dapat menghasilkan pembuluh darah lagi. Anestesi diterapkan, dan kemudian dokter menyuntikkan obat ke mata dengan jarum yang sangat halus. Perawatan seperti ini harus dilakukan secara rutin dalam interval waktu tertentu. "Dia juga rangsang pertumbuhan jaringan," kata Gita.

Dalam beberapa kasus, pengobatan anti-VEGF telah memulihkan beberapa penglihatan, tetapi ini tergantung pada individu dan gejala yang mereka miliki. Perawatan anti-VEGF biasanya tidak memiliki efek samping, tetapi rasa sakit, bengkak, kemerahan, dan penglihatan kabur dapat terjadi setelah suntikan.

"Masalahnya adalah banyak pasien enggan matanya disuntik dengan anti-VEGF. Alasannya beragam dari mulai takut matanya disuntik hingga memiliki ekonomi terbatas. Pandemi ini pun semakin memperparah proses pengobatan penyakit AMD ini karena orang takut datang ke rumah sakit," kata Gita.

Benar saja, Emil Salim sempat takut ketika disarankan dokter untuk disuntik matanya. "Kaget, katanya (dokter) mata ditusuk. Kami seisi rumah panik semua," kata Emil yang awalnya menolak mendapatkan pengobatan itu. Tapi akhirnya ia pun luluh ketika cucunya melahirkan. "Saya ingin melihat cicit saya," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Edwin lain lagi, ia lebih pasrah mendengar apapun saran dokter. "Tujuan saya buat sembuh," katanya.

Gita menambahkan bahwa pengobatan AMD ini perlu dilakukan secara berkala hingga bertahun-tahun lamanya. Pasien biasanya akan disuntik setiap bulan sekali selama 3 bulan awal. Lalu, pasien perlu melakukan kontrol secara berkala. "Penyakit ini persentase kambuhnya sangat tinggi. Makanya harus kontrol terus," kata Gita.

Ada beberapa faktor risiko pasien akan mengalami AMD. Usia menjadi faktor risiko utama. Sepertiga orang dewasa di atas 75 tahun mengalami AMD. Orang yang merokok bisa meningkatkan peluang terkena AMD 2-5 kali lipat. "Karena retina memiliki tingkat konsumsi oksigen yang tinggi, apa pun yang mempengaruhi pengiriman oksigen ke retina dapat mempengaruhi penglihatan. Merokok menyebabkan kerusakan oksidatif, yang dapat berkontribusi pada perkembangan dan perkembangan penyakit ini.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat M. Sidik/Bayer

Bila seseorang memiliki riwayat keluarga AMD, maka peluang terkena penyakit itu pun akan semakin besar. Biasanya, perempuan lebih mungkin terkena AMD daripada laki-laki. Faktor ini mungkin karena perempuan hidup lebih lama dari laki-laki, dan dengan demikian memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan penyakit. Dari segi ras, kaukasia lebih mungkin terkena AMD daripada ras lain karena faktor genetik atau pigmentasi. Paparan sinar matahari berkepanjangan juga dapat merusak retina dan meningkatkan risiko AMD.

Gaya hidup yang tinggi lemak, kolesterol dan makanan indeks glikemik tinggi, dan rendah antioksidan dan sayuran berdaun hijau juga lebih mungkin untuk terkena AMD. Pasien dengan obesitas dan tidak aktif bergerak juga berisiko terkena penyakit mata ini. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang memberi nutrisi pada retina. Sehingga orang dengan tekanan darah tinggi bisa membatasi aliran oksigen ke retina yang mengakibatkan peluang terkena penyakit itu juga semakin tinggi. Penyakit AMD, yang dialami pada salah satu mata, juga bisa berkembang di mata yang lain.

Prevalensi AMD tahap awal di seluruh dunia pada pasien antara 45 dan 85 tahun adalah 8 persen dan AMD tahap lanjut adalah 0,4 persen. Hampir 288 juta orang diperkirakan memiliki AMD pada tahun 2040. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang mengalami gangguan penglihatan terbanyak selain Cina, India, Pakistan, dan Amerika Serikat, perlu memberikan perhatian lebih atas penyakit AMD ini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

2 hari lalu

Ilustrasi penyakit Lupus. entresemana.mx
Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

Pakar mengatakan kondisi remisi pada penyakit lupus belum tentu sama dengan berhenti berobat. Berikut penjelasan dokter penyakit dalam.


Penyebab Mata Berkedip Terlalu Sering, Waspadai Kondisi Serius

4 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan mata. Shutterstock
Penyebab Mata Berkedip Terlalu Sering, Waspadai Kondisi Serius

Mata berkedip terlalu sering bisa menjadi gejala berbagai masalah kesehatan dan mungkin saja serius dan perlu penanganan dokter, jangan abaikan.


Cara Mendeteksi Penyakit Lupus, Perhatikan 5 Gejala pada Tubuh

6 hari lalu

Ilustrasi penyakit Lupus. entresemana.mx
Cara Mendeteksi Penyakit Lupus, Perhatikan 5 Gejala pada Tubuh

Lupus merupakan penyakit autoimun yang ditunjukkan dari gejala sakit kulit, demam, sakit sendi, rambut rontok, dan gangguan saraf.


Samsung Disebut akan Gunakan Kartu Grafis Buatan Sendiri pada Chipset Ponsel Flagshipnya

9 hari lalu

Ilustrasi Logo. REUTERS/Kim Hong-Ji
Samsung Disebut akan Gunakan Kartu Grafis Buatan Sendiri pada Chipset Ponsel Flagshipnya

Samsung disebut ingin mengembangkan arsitektur GPU-nya sendiri yang akan diterapkan pada Exynos 2600.


Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

13 hari lalu

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.


7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

18 hari lalu

Ilustrasi Glaukoma. Wikipedia
7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

19 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.


Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

21 hari lalu

Presiden Joko Widodo memberi pengarahan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

22 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Kemenag Buka Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan

28 hari lalu

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno. ANTARA/HO-Kemenag
Kemenag Buka Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan

Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kemenag membuka pelatihan deteksi dini konflik sosial keagamaan.