TEMPO.CO, Jakarta - Kasus COVID-19 terus bertambah. Pertambahan kasus harian per 30 Januari 2022 mencapai 12.442 orang. Okupansi tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) juga meningkat. Sementara itu, masyarakat semakin banyak yang beraktivitas di luar untuk bekerja, pendidikan tatap muka, bertemu keluarga, rekreasi, dan lain-lain.
Spesialis paru dari RSUP Persahabatan, Dr.dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), mengatakan agar tidak meremehkan Omicron yang gejalanya dianggap ringan sebab hal ini tidak berlaku bagi lansia. Ia mengatakan penyakit yang ditimbulkan oleh Omicron memang lebih ringan daripada Delta. Namun hal ini perlu diwaspadai, sebab gejala ringan terjadi pada kelompok muda yang sehat.
Untuk kelompok tertentu, seperti lansia, balita yang belum divaksin, orang dengan kormobid atau penyakit bawaan yang kronis dan tidak terkendali, akan mengalami gejala berat sehingga perlu dirawat di rumah sakit. Dengan sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok tersebut dapat mudah tertular, apalagi jika lansia dengan komorbid belum vaksinasi.
"Jangan terlalu meremehkan karena ada kelompok-kelompok yang rentan yang harus kita lindungi," ujar Erlina.
Protokol kesehatan juga mulai terlihat kendur. Penggunaan masker di tempat umum terlihat tidak sebaik sebelumnya. Meningkatnya kasus COVID-19 disebabkan varian Omicron yang sangat mudah menular dibandingkan varian Delta. Bahkan, kematian akibat Omicron juga sudah dilaporkan.
Erlina mengatakan jika Omicron naiknya tinggi maka akan terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021 sehingga kemungkinan sistem kesehatan juga akan kewalahan sebab semakin banyak kasus maka semakin banyak yang perlu dirawat, baik secara isolasi mandiri di rumah, maupun di berbagai rumah sakit
"Virus ini menular karena ada interaksi antar manusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian. Saya juga sarankan jangan makan bersama di kantor melainkan makan sendiri-sendiri di ruangan masing-masing karena pada saat makan, kita buka masker dan kemungkinan penularan tinggi," jelas Erlina.
Erlina juga menyadari masyarakat sudah banyak yang terlena dan abai dengan protokol kesehatan karena menganggap varian Omicron tidak berbahaya. "Kita terlena bahwa kasus Omicron tanpa gejala dan ringan, jadi masyarakat enggak perlu panik. Saya setuju ini, tapi waspada itu tetap harus," ujarnya.
Untuk menekan angka kenaikan kasus, ia menyarankan agar masyarakat kembali meningkatkan protokol kesehatan. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup. Konsumsi suplemen immunomodulator dan vitamin juga dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan imunitas.
Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19 NeoCov, WHO Bilang Begini