Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

11 Varian Covid-19 sejak Alpha hingga Omicron XE, Kenali Masing-masing Gejalanya

Reporter

image-gnews
Ilustrasi Omicron
Ilustrasi Omicron
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kemunculan beragam varian Covid-19 disebabkan oleh mutasi virus. Mutasi dapat terjadi karena adanya respons virus terhadap perubahan lingkungan. Proses mutasi menimbulkan varian baru yang kemunculannya senantiasa dipantau oleh para ahli.

Melansir kanal corona.jakarta.go.id, varian baru Covid-19 memiliki tingkatan tertentu. Beberapa virus termasuk dalam kategori yang membutuhkan perhatian khusus (Variant of Concern) atau VoC , karena penularan dan dampaknya signifikan bagi masyarakat. Contohnya Alpha, Beta, Delta, Gamma, dan Omicron. Sementara varian Omicron yang berdampak bagi kesehatan masyarakat (Variant of Interest) atau VoI yaitu Lambda dan Mu.

Deretan Varian Covid-19

Selain itu, terdapat pula kelompok varian Covid-19 yang belum diketahui dampak dan cara penyebarannya kepada manusia (Variant under Monitoring) atau VuM seperti Kappa, Lota, dan Epsilon. Berikut adalah macam-macam varian Covid-19 yang muncul sejak akhir tahun 2019 hingga sekarang.

  1. Varian Alpha (B.1.1.7)

Kasus positif varian Alpha pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020, sementara kasus pertama di Indonesia ditemukan pada Mei 2021 di Sumatera. Tingkat penularan varian Alpha mencapai 43 sampai 90 persen lebih cepat dan mudah menular dibandingkan dengan virus Covid-19 sebelumnya (sebelum mutasi).

Inveksi yang ditimbulkan oleh varian Alpha memunculkan gejala sebagai berikut:

  • Batuk dan sakit tenggorokan
  • Hilangnya indera perasa (anosmia)
  • Demam
  • Sesak napas
  • Sulit konsentrasi
  • Pusing
  • Mual
  • Kelelahan dan nyeri otot
  • Malaise
  1. Varian Beta (B.1.351)

Mengutip dari Healthline, dalam sejarah, pertama kali varian Beta ditemukan di Afrika Selatan pada Mei 2020, sementara di Indonesia ditemukan di Bali pada Mei 2021. Belum diketahui secara pasti mengenai perbandingan tingkat penularan dengan varian sebelumnya.

Melansir kanal WebMD, berikut adalah gejala yang ditimbulkan apabila seseorang terinveksi Covid-10 varian Beta:

  • Demam
  • Indera penciuman tidak berfungsi/
  • Batuk secara terus-menerus
  • Sakit kepala
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  1. Varian Delta (B.1.617.2)

Varian Delta pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020, sementara di Indonesia, kasus pertama ditemukan di  Kudus Jawa Tengah dan Jakarta. Tingkat penularan daripada varian sebelumnya yaitu 30-100 persen lebih menular.

Berikut adalah gejala-gejala seseorang yang terkena varian Delta:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Hilang selera makan
  • Flu parah
  1. Varian Gamma (P.1)

Varian ini pertama kali kasusnya ditemukan di Brazil pada November 2020. Tingkat keparahan virus ini cenderung lebih kebal terhadap pengobatan Covid-19. Gejala yang dirasakan oleh pasien Gamma yaitu demam, batuk kering, kelelahan ekstrim, dan hilangnya fungsi indera penciuman.

  1. Varian Omicron (B.1.1.529)

Varian Omicron muncul di beberapa negara, namun kasus pertamanya ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Mengutip CDC, penamaan Omicron diluncurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 November 2021. Kasus Omicron pertama di Indonesia terjadi di Jakarta pada Desember 2021 dengan gejala sebagai berikut:

  • Gejala cenderung ringan
  • Tidak sesak napas

Meskipun pasien tidak mengalami gejala yang parah, namun varian ini paling menular. Persentase tingkat penularannya mencapai 500 persen dari varian Delta.

  1. Varian Omicron XE
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belum lama ini WHO melaporkan penemuan baru virus Covid-19, yaitu varian Omicron XE. Melansir kanal covid19.go.id, varian baru ini gabungan dari 2 varian Omicron yang sudah ada, yaitu varian BA.1 dan BA.2. Tingkat penularan Omicron XE 10 persen lebih tinggi dari Omicron BA.2

Melansir Tempo.co, Omicron XE terdeteksi pertama kali di Inggris pada 19 Januari 2022. Berikut adalah gejala yang dirasakan pasien Omicron XE:

  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Demam
  • Nyeri otot

Sejak penemuannya, saat ini varian Omicron XE telah ditemukan di beberapa negara seperti Thailand, Inggris, dan India.

  1. Varian Lambda (C.37)

Kasus pertama varian Lambda yaitu di Peru pada Desember 2020. Gejala yang dialami pasien Covid-19 dengan varian Lambda tidak jauh berbeda dengan gejala varian Corona Delta dan Beta, di antaranya sebagai berikut:

  • Batuk-batuk
  • Demam
  • Anosmia
  1. Varian Mu (B.1.621)

Melansir kanal National Helth Service, varian yang memiliki kode lain VUI-21 JUL-1 itu pertama kali kasusnya ditemukan di Kolombia pada Januari 2021. Umumnya, varian ini memiliki gejala yangs ama dengan semua jenis Corona lainnya.

  1. Varian Kappa (B.1.617.2)

Kasus pertama kali varian Kappa ditemukan di India pada Oktober 2021. Gejala yang dialami pasien Kappa mirip dengan varian lainnya, yaitu sebagai berikut:

  • Flu
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Batuk berkepanjangan
  • Mulut kering
  • Badan pegal
  • Ruam di tubuh
  • Pilek
  • Mata merah dan berair
  1. Varian Lota (V.1.526)

Varian Lotta pertama kali ditemukan di New York Amerika Serikat pada November 2020. Varian Lota memiliki tingkat penularan yang tinggi dibandingkan varian sebelumnya. Sementara gejala yang ditimbulkan oleh varian Lota sama dengan varian lainnya, tidak ada perbedaan yang spesifik.

  1. Varian Epsilon

Varian Amerika Serikat Epsilon terdeteksi pertama kali di California pada Juli 2020. Kemunculan varian Covid-19 ini diikuti dengan pertambahan drastis angka kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat. Berikut adalah gejalanya:

  • Demam
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Anosmia

RISMA DAMAYANTI 

Baca: Waspada Omicron Meski Gejalanya Ringan, Lakukan Hal ini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kenali Ragam Jenis Penyakit Asma, Penyebab, dan Gejalanya

3 hari lalu

Ilustrasi serangan asma. shutterstock
Kenali Ragam Jenis Penyakit Asma, Penyebab, dan Gejalanya

Meskipun banyak orang mengenal asma sebagai satu jenis penyakit, sebenarnya terdapat berbagai jenis asma dengan pemicu, gejala, yang berbeda.


Tidur Berjalan: Simak Ciri Kondisinya

6 hari lalu

Ilustrasi tidur. Freepik.com/Jcomp
Tidur Berjalan: Simak Ciri Kondisinya

Saat tidur berjalan orang yang mengalaminya tidak pernah mengingat yang dilakukan saat dalam kondisi tersebut.


Sindrom Kematian Mendadak, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Ilustrasi Orang Meninggal. shutterstock.com
Sindrom Kematian Mendadak, Apa Penyebabnya?

Beberapa faktor dapat menyebabkan sindrom kematian mendadak. Berikut penyebab utamanya.


Serba Serbi XEC, Varian Covid Turunan Omicron yang Diprediksi Bakal Mendominasi Dunia

20 hari lalu

Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock
Serba Serbi XEC, Varian Covid Turunan Omicron yang Diprediksi Bakal Mendominasi Dunia

Para ahli menyebut Covid XEC akan mendominasi dunia, mengingat pendahulunya, yaitu varian Omicron, memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi.


Anak Sakit, Kapan Boleh Tetap Sekolah atau di Rumah Saja?

31 hari lalu

Ilustrasi Anak Sakit/Halodoc
Anak Sakit, Kapan Boleh Tetap Sekolah atau di Rumah Saja?

Orang tua boleh khawatir bila anak sakit tapi bukan berarti otomatis tak mengizinkan ke sekolah. Kapan anak sakit harus di rumah atau tetap sekolah?


Mengenal Gejala Infeksi yang Sebabkan Paus Fransiskus Hidup dengan Satu Paru-paru

35 hari lalu

Warga menggunakan alat Spriometri untuk menilai fungsi paru-paru, di puskesmas Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, Minggu, 14 Januari 2024. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Sumbar bersama pemerintah setempat melakukan pemeriksaan paru-paru gratis bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Marapi sebagai antisipasi agar terhindar dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Mengenal Gejala Infeksi yang Sebabkan Paus Fransiskus Hidup dengan Satu Paru-paru

Paus Fransiskus yang berkunjung ke Indonesia ternyata hanya memiliki satu paru-paru saja akibat mengalami infeksi paru-paru. Inilah gejalanya.


Sepsis Salah Satu Penyakit Pembunuh Tertinggi di AS, Jangan Terlambat Kenali Gejala

39 hari lalu

Ilustrasi luka
Sepsis Salah Satu Penyakit Pembunuh Tertinggi di AS, Jangan Terlambat Kenali Gejala

Setiap tahun diperkirakan 350 ribu warga AS meninggal dunia karena sepsis, di bawah penyakit jantung (700.000) dan kanker (600.000).


Filipina Deteksi 2 Kasus Baru Mpox di Metro Manila

48 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Filipina Deteksi 2 Kasus Baru Mpox di Metro Manila

Filipina telah mengonfirmasi dua kasus baru mpox dalam bentuk ringan MPXV Clade II di Metro Manila.


IDAI Ingatkan Bahaya Batuk Rejan dan Pentingnya Imunisasi

51 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
IDAI Ingatkan Bahaya Batuk Rejan dan Pentingnya Imunisasi

Batuk rejan membuat anak sulit menarik napas hingga mengeluarkan bunyi ketika batuk sehingga perlu dicegah sejak awal dengan imunisasi.


Pakar Ungkap Bahaya Batuk Pertusis yang Tak Diobati

51 hari lalu

Dokter memeriksa pasien anak dengan gejala batuk dan sesak di Poli Batuk dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2023. Angka tersebut meningkat sekitar 50 persen dari biasanya yang hanya berjumlah 30-40 orang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Pakar Ungkap Bahaya Batuk Pertusis yang Tak Diobati

Dokter anak mengatakan pertusis yang tidak segera diobati bisa menyebabkan saluran napas lumpuh sehingga batuk tidak mengeluarkan dahak.